06 April 2018

K-Drama with Dudu Episode 2: Menuju Matahari Terbit di Laut Musim Dingin

Sokcho?

Ahjumma penjaga loket bis sampai bengong dan menuliskan S-O-K-C-H-O dengan alfabet. Tidak yakin bahwa tujuan kami memang ke sana. Buat yang penasaran, tulisan Sokcho dalam Hangul itu
 속초.

Ne, Sokcho.

Oh, mungkin karena hari itu 1 Januari dan udaranya minus beberapa derajat. Makanya aneh kalau ada yang mau ke pantai. Maka saya segera menambahkan,

Seorak-san-e kago shipoyo. 

Kita mau ke Gunung Sorak. Barulah si Ahjumma menanyakan jumlah tiket yang akan dibeli, dan mengarahkan kami untuk kembali ke tempat menunggu bis sekitar 30 menit sebelum jam keberangkatan. Setelah mengucapkan terima kasih, kami (rombongan 9 orang dengan 4 anak kecil super excited dengan udara winter Korea ini) segera menyeberang kembali dari platform 9C ke dalam arrival hall di Incheon Airport. 





Soalnya badannya masih kaget dari cuaca Jakarta yang super panas. Dan berharap kali aja berpapasan dengan bias kesayangan di airport, meskipun dari instagram postnya saya tahu mereka semua ada di rumah. 

(Baca Episode 1: Apply Visa dan Persiapan Keberangkatan di sini)

Lalu sembari menunggu, mau ngapain?


Beli T-Money di Minimarket Incheon Airport


This is actually another challenge. Soalnya petugas minimarket tidak bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Meskipun mereka mengerti tapi biasanya tidak bisa menjawab dalam bahasa Inggris. Untungnya karena mereka masih muda (dan bisa baca alphabet ABCD), saya bisa ngobrol dengan bantuan Google Translate dan Naver Dictionary. T-Money yang dibeli ini diisi perdana 30,000KRW. Hitung-hitungan nekat sih sebenarnya, tapi, surprise, jumlah ini cukup untuk 9 hari kita naik bus dan subway di Korea. T-Money bisa digunakan buat naik bis di Sokcho. Jadi memang mendingan dibeli di airport saja. 



 Beli Simcard 

Setelah pengalaman traumatis dengan T-Money, saya jadi mendekati counter simcard yang ada di arrival hall Incheon Airport dengan was-was. Apparently, it’s easier to buy Simcard than T-Money haha. Soalnya di sini petugasnya sudah terbiasa menjelaskan dengan bahasa Inggris dan kita tinggal ambil nomor antrian lalu tunggu dipanggil. Saya membeli Simcard seharga 35,000KRW yang berlaku 10 hari dengan unlimited data tapi tidak bisa digunakan untuk menelepon. Tidak perlu pusing aktivasi karena petugas counter akan membantu memasangkan dan mengaktivasi Simcard tersebut. Setelah restart HP maka, kita langsung terhubung kembali dengan internet (dan saya bisa cek IG bias saya siapa tau bisa papasan di jalan). Oh ya, Simcard bisa dibeli dengan kartu kredit dan tidak perlu dikembalikan ketika kita mau pulang.

Kenapa bukan wi-fi portable? Soalnya saya malas kalau terpisah-pisah trus wi-finya hilang. Harganya (menurut saya) juga tidak beda jauh. Buat yang malas beli Simcard, sebenarnya saya menemukan banyak tempat dengan free wi-fi, tapi memang sayanya saja yang insecure kalau harus bergantung pada ketidakpastian. Halah.

Foto-foto di Maskot Pyeongchang

Atau dekorasi apapun yang ada di airport sih sebenarnya haha. To be honest, ke Korea itu kudu wajib harus gaya biar foto-fotonya keren haha. Dan kita harus selalu siap karena banyak spot keren yang akan kita lewati. Kalau kitanya kucel kan sayang fotonya jadi tidak bisa masuk feed instagram. Eh, tapi ini bukan saya, soalnya saya cuma bawa coat 1 dan sepatu 2 jadi di semua foto pasti baju saya sama. 


Nunggu di halte bus aja gaya 
Enjoy the Winter Air!

There’s something about winter air that makes me happy. It feels like home, like Christmas and holiday season. Jadi tanpa melakukan apa-apa pun, sebenarnya saya sudah happy mondar-mandir di dekat halte bus sambil menghirup udara segar. Anak-anak lebih senang lagi. Mereka yang baru pertama kalinya berada di suhu minus derajat begitu malah bermain “siapa yang lebih tahan di luar?” Hahaha.

Makan siang di Lotteria.

Lotteria adalah yang pertama saya makan di Korea haha. Ironis memang, tapi makan Lotteria di Korea special karena kertas di nampannya ada foto Wanna One. Jadi rasanya gimana gitu sambil makan ayam dilihatin sama Minhyun. Jadi malu. Di Lotteria tidak ada nasi ya, jadi disarankan mampir ke minimarket terdekat untuk beli nasi yang dipanasin di microwave dulu. Harga ayamnya 1 paket sekitar 20,000KRW dan bisa untuk makan ber-3.

Beli tiket on the spot, yes or no?

Yes, karena hari itu busnya masih sepi. Tapi untuk yang mau langsung ke Sokcho dari Incheon Airport (apalagi bawa rombongan sirkus seperti saya ini) sebaiknya pesan online dari Jakarta dulu. Lalu kenapa saya nekat beli on the spot? Soalnya di internet jadwal express bus ke Sokcho adalah pukul 9 pagi dan 4 sore, sementara pesawat saya mendarat di Incheon jam 9 pagi. Jadi daripada membuang waktu 1 hari menunggu di Incheon, saya berpikir mencari jalan lain ke sana.

Karena nekat datang ke loket itulah, kita jadi tahu bahwa ada bus jam 1 siang. Berarti kita bisa sampai Sokcho sekitar jam 4 sore. Hore. 


By the way, saya baru tahu kenapa si Ahjumma bingung. Ternyata kebanyakan orang menonton matahari tahun baru terbit di Sokcho. Jadi mereka akan mengunjungi Sokcho tanggal 31 Desember lalu pulang di tanggal 1. Semacam orang Jakarta yang senang malam Tahun Baruan di Puncak gitu. Berkebalikan dengan rombongan turis ngasal dari Indonesia yang malah baru mau berkunjung di tanggal 1 Januari ini.

But in a way, it’s a good thing. Note for next time, kalau kemana-mana di Korea Selatan harus memeriksa jadwal festival lokal di daerah tujuan. Soalnya penginapan jadi penuh dan harganya naik. 


Akhirnya bus tersebut datang. Karena yang naik hanya kita, plus satu orang perempuan di kursi depan, kita bebas pilih tempat duduk. Di tiket bis ada nomor tempat duduk dan biasanya kita wajib mengikuti nomor tersebut. Untungnya tidak ada lagi yang naik di Gimpo jadi kita aman bisa duduk ramai-ramai di belakang. Maklum kita ber-9 dan ada 4 orang anak-anak yang heboh kesenengan karena akhirnya menjejakkan kaki di Korea.

The first thing you have to do on the bus is DON’T SLEEP.


Iya capek habis perjalanan overnight dari Jakarta. Iya pegel habis nunggu di airport. Tapi tidur di perjalanan Incheon – Sokcho adalah kesalahan besar karena pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan. Apalagi suhu yang beku menyisakan salju di beberapa tempat dan membuat lokasi tertentu jadi seperti gambar di postcard. 

But if you decided to sleep on, it’s your loss. 






Bus berhenti 1x untuk bathroom break, dan anak-anak langsung senang karena bertemu salju meskipun hanya sisa-sisanya. Di rest area tersebut ada mini market dan café kecil. Karena asam lambung yang kambuh, saya hanya bisa memesan Sweet Potato Latte (Goguma Latte - 고구마 라떼). Karena saya pencinta ubi dan singkong, maka menemukan minuman ini seperti menemukan harta karun haha.

We arrived in Sokcho when the sun is still up. Jadi belum terlalu dingin. A good thing because we have to walk from the bus terminal to our hostel.

But it’s another story.

2 comments:

  1. Baca cerita perjalanan ke Korea ini kayaknya capek tapi seru ya, apalagi bisa merasakan salju. Di sana beneran ada singkong dan ubi kayak di Indonesia juga ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ubi ada, aku sering nemu. Kalo singkong belum pernah lihat di sana hehe. Capek sih, karena banyak jalannya, tiap balik hotel udah jam 10/11 malem. Tapi worth it kok :)

      Delete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.