24 May 2016

Membuat Mama #BahagiaDiRumah (by Dudu)

Ketika saya memutuskan untuk ikut lomba blog Novaversary (Ulang tahun Nova ke 28 tahun) ini, ada seorang anak berusia 9 tahun yang mentertawakan saya. “Bahagia di Rumah? Mama kan orang yang paling tidak betah di rumah.” Dan saya langsung mendebat, “tidak betah bukan berarti tidak bahagia lho, Du.” Tapi apa benar begitu?


Dari kecil memang betah di rumah
Hobi keluar rumah sudah ada sejak SD. Mungkin karena keluarga kami suka travelling, jadi sayapun tidak betah hanya di rumah saja ketika hari libur tiba. Long weekend di awal Mei yang rencananya mau beres-beres rumah untuk ikutan garage sale di akhir bulan juga tidak pernah kesampaian, hanya karena kita hampir tidak pernah di rumah. Dan ini tidak ada hubungannya dengan bahagia. Kebahagiaan itu ada bersama kehangatan keluarga, jadi ya meskipun sedang jalan-jalan, hotel bisa jadi rumah kalau sekeluarga ikutan jalan-jalan juga. Kalau di rumah sendirian kan tidak bahagia juga akhirnya. Rumahnya besar tapi sunyi sepi tidak ada suara selain tokek di halaman belakang. 



Rumah pertama saya dan Dudu adalah sebuah apartment di pedalaman Amerika Serikat. Apartment 1 kamar dengan ruang keluarga yang cukup dan tinggal buka pintu kaca untuk langsung terjun ke kolam renang. Apartment yang nyaman dan bikin bahagia kalau sudah duduk di sofa sambil nonton TV berdua. Itupun saya masih sering pergi. Ya ke mall, ya ke perpustakaan, dan baru benar-benar menikmati rumah ketika kita berdua terjebak salju 3 hari dan tidak bisa kemana-mana selain main salju di depan rumah.


Di depan rumah pertama kita
Julukan terbaru dari Dudu buat saya adalah “Ahli minggat”. Soalnya, berkebalikan dengan saya, si Dudu paling bahagia di rumah. Dari kecil begitu. Ketika akhir pekan kita pulang ke rumah orang tua saya di pinggiran Jakarta, Dudu seperti dapat harta karun. Dia yang paling semangat pulang dan kalau tidak sangat terpaksa, tidak mau bergerak melewati pintu pagar. Saking bahagianya di rumah, makan pagi, siang, malam juga delivery atau titip take away dari saya yang sedang ngelayap. Seringnya sih main game. Tapi ya apapun itu, anaknya betah di rumah.

Wah bisa-bisa postingan #DateWithDudu berkurang drastis jumlahnya karena yang diajak ngedate susahnya minta ampun untuk meninggalkan rumah. Menurut Dudu. The happiest place on earth bukan Disneyland, tapi rumah.



Tapi kembali lagi ke pernyataan saya di paragaraf pertama, tidak betah bukan berarti tidak bahagia. Ke mana pun saya pergi, ada perasaan nyaman ketika saya membuka pintu pagar dan memarkir mobil dalam garasi. Ada kesejukan tersendiri ketika saya duduk di meja samping taman belakang, buka laptop sambil menikmati turunnya hujan. Ada keseruan tersendiri ketika saya memandangi rak buku, menghitung koleksi yang belum sempat dibaca. Jadi kalau ditanya apakah saya bahagia di rumah? Yap. Saya enjoy setiap menit saya di rumah dan menikmati hal-hal kecil di setiap sudutnya. Tapi bukan berarti saya ada di rumah setiap saat. Sama seperti orang pacaran atau menikah ya mungkin. Bahagia bersama si pacar? Yes. Tapi kalau terus-terusan bersama, apa tidak malah berantem? Kalau saya di rumah setiap saat, belum tentu saya bahagia di rumah. Bisa jadi malah frustrasi karena jenuh. 



Jadi, sebagai lanjutan diskusi saya dengan Dudu tadi, saya melemparkan sebuah pertanyaan: Bagaimana kamu bisa membuat Mama bahagia (betah) di rumah?

Ini jawaban Dudu:

  • Aku akan peluk cium Mama setiap Mama pulang ke rumah.
  • Aku akan kasih hadiah bantal karena Mama suka bermalas-malasan...
  • ... atau beliin Mama snack.
  • Aku akan menaburkan bunga lavender di tempat tidur Mama jadi Mama bisa tidur di kasur yang penuh bunga, yang nyaman dan tidak dinyamukin...
  • ...ditambah rose dan putri malu juga.
  • Mungkin aku bisa membantu Mama menulis?
Beneran nih?


2 comments:

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.