Diadakan pada 9 - 11 Februari 2024 di Royal Orchid Garden Hotel and Condominium, Batu, Malang, Jawa Timur, Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) offline masih mengangkat tema “Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia”. Mendengar KPI diadakan secara offline tahun ini oleh Ibu Profesional, sebenarnya saya ingin ikut. Namun, karena lokasinya yang cukup jauh dari domisili saya saat ini, dan waktunya yang bertepatan dengan Chinese New Year, saya jadi hanya bisa memantau lewat beritanya.
Yang membedakan kedua konferensi tentunya adalah pertemuan tatap muka dan sejumlah kegiatan seru yang diadakan di lokasi. Misalnya prosesi SARUNGAN (SAmbutan dan ngeRiUNG awalAN) yang mengawali kegiatan ini, di mana masing-masing peserta mengenakan kain tradisional yang dibawa dari rumah.
Photo: Warta Jatim |
Selain Sarungan, ada banyak kegiatan lain yang mengajak para peserta untuk kembali ke akarnya masing-masing. Sama dengan KPI Online yang diadakan pada 20-22 Desember 2023, ada Forest Walk yang dibuat peserta, bedanya kali ini peserta bisa beneran jalan-jalan melihat peta konsep yang dipajang di papan.
Sesi Betengan yang dibawakan oleh Pak Dodik Maryanto, Founder dan Inisiator Komunitas Ibu Profesional bersama Istrinya Ibu Septi Peni Wulandari, memberikan pengetahuan sejarah pergerakan perempuan di Indonesia kepada para peserta. Di sesi Bekelan, para peserta mengumpulkan makanan khas daerah masing-masing di sebuah meja panjang sambil saling berkenalan satu dengan yang lainnya.
Photo: Instagram KPI |
Hari kedua, games Sapintrong yang dibawakan Fasilitator sekaligus Ketua Yayasan Ibu Professional, Dzikra Ulya mengajak peserta untuk maju merencanakan masa depan. Lalu diikuti sesi pembelajaran lainnya yang terinspirasi dari permainan tradisional seperti Congklak, Balapan, Galasin, Bakiak dan lain sebagainya. Bukan hanya membawa pulang ilmu, tetapi para peserta juga membawa pulang networking serta relasi baru dari konferensi tersebut.
Melalui KPI, Ibu Septi mengajak para perempuan Indonesia untuk bersama-sama membangun ekosistem yang sehat melalui akar peran kita sebagai individu, sebagai bagian dari keluarga maupun sebagai anggota komunitas.
Yang menarik dari Konferensi Perempuan Indonesia ini, selain menggunakan permainan tradisional yang tentunya akrab dengan para peserta, peserta juga diajak bertukar layangan di akhir sesi. Kalau biasanya kita bertukar post-it, notes atau surat, sekarang bentuknya layangan. Kenapa layangan? Tentunya agar mimpi dan harapan para perempuan Indonesia ini dapat diterbangkan tinggi ke atas awan.
KPI Offline ini dihadiri oleh 130 peserta dari seluruh Indonesia dan luar negeri.
Photo: Instagram KPI |
Mengintip keseruan acara Konferensi Perempuan Indonesia, saya merasa bahwa pertemuan seperti ini memang diperlukan setidaknya setahun sekali. Kok begitu? Yang biasanya terjadi adalah kita sibuk dengan kegiatan dan gerakan masing-masing, lalu jalan terus tanpa perencanaan yang matang. Padahal, jika mengambil jeda lalu menelaah kembali akar gerakan, kita bisa membuat dampak yang lebih besar. Kenapa harus konferensi offline? Soalnya kalau online, biasanya saya suka tidak fokus. Namanya ibu-ibu kan multitasking ya. Nonton Netflix saja suka disambi kegiatan lain, bisa bahaya kan kalau materinya serius dan saya malah tidak bisa konsentrasi. Nah, kalau offline kan biasanya ponsel masuk tas dan bisa hadir secara penuh di acara.
Melihat jalannya acara yang menggunakan permainan tradisional itu, saya jadi paham kenapa tema itu yang dipilih. Waktu kecil, saya tidak punya gadget. Ponsel pertama saya adalah ketika saya kuliah. Otomatis ketika tumbuh besar, mainan saya adalah bekel, congklak, lompat karet dan layangan. Meskipun katanya layang-layang lebih banyak dimainkan anak laki-laki. Semua permainan ini akrab dalam diri saya, dan merupakan bagian dari akar gerakan saya juga. Seperti yang diingatkan pada KPI Online yang saya ikuti beberapa waktu lalu, untuk mengenali diri sendiri, saya harus banyak berinteraksi dengan diri sendiri. Salah satunya ya lewat permainan itu.
Konferensi Perempuan Indonesia diadakan setiap 2 tahun sekali. Karena terlewat tahun ini, sepertinya saya harus menunggu yang berikutnya diadakan. Semoga lain kali bisa ikutan.