Tahun lalu saya mencoba serius di community management. Volunteering di bagian Learning & Development komunitas Single Moms Indonesia. Lalu saya menemukan bahwa dunia mengelola komunitas ini menyenangkan. Komunitas bukan hal baru dalam kehidupan saya (dan Dudu). Ketika Dudu lahir, saya ikutan komunitas single moms di kampus. Lalu pulang ke Indonesia, dan bergabung ke komunitas parenting dari Femina Group. Rajin ikutan acara, kenal banyak orang dan akhirnya jadi keterusan berkomunitas. Karena saya menulis, saya ikutan komunitas blogger juga. Lalu yang terakhir ya Single Moms Indonesia, di mana saya memutuskan untuk jadi lebih dari sekedar anggota.
Community management dan yang akhir-akhir ini populer, community marketing, bukan hal baru sih. Tapi baru dapat kesempatan untuk belajarnya tahun kemarin. Belajar yang langsung praktek karena baru volunteer lalu kejeblos dapat tugas. Ujung-ujungnya mendadak jadi learning and development yang bertanggung jawab untuk internal program dan internal communications dari komunitas Single Moms Indonesia. Meskipun sudah learning by doing, saya tetap ingin belajar lagi. Tapi dicari-cari courses yang gratisan dari Coursera tidak ada yang tentang community management. Kebanyakan malah Social Media Marketing.
Tapi ada satu free course berjudul “Transforming Communities” yang merupakan bagian dari Leading Sustainable Community Transformation Specialization yang ditawarkan oleh University of Colorado - Boulder. Kelas ini menarik perhatian saya karena silabusnya menjanjikan bagaimana membangun engagement yang efektif dan encourage perubahan. Sepertinya kelas ini akan saya masukkan to do list di 2023 sambil mencari apa lagi dari community management yang bisa saya pelajari.
Kenapa harus Community Marketing?
Lalu ada Community Marketing, yaitu strategi brand atau penjual untuk engage dengan komunitas konsumennya untuk mendapatkan insight dan/atau customer baru. Di masa sekarang ini, Community Marketing adalah strategi pemasaran yang sering digunakan oleh startup dan merupakan salah satu strategi yang dianggap efektif karena mempertahankan hubungan yang sehat antara brand/perusahaan dengan konsumen/customernya. Strategi pemasaran berbasis komunitas ini seringkali dilakukan melalui media sosial, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan secara organik misalnya ada di grup WA atau Telegram.
Berbeda dengan digital marketing yang banyak berinteraksi dengan mesin pencari dan automation, community marketing ada sisi interaksi dengan manusia. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut.
Padahal saya introvert haha.
Meskipun belum ambil kelas dan belum menemukan kelas yang pas, saya beruntung lagi-lagi bisa learning by doing dalam mempelajari community marketing ini.
Tahun ini saya ingin belajar lebih banyak tentang membangun dan memasarkan komunitas. Bagaimana menjaga engagement, bagaimana menyuarakan visi misi dan bagaimana menjaga branding. Beda dengan karyawan perusahaan yang digaji, anggota komunitas bergabung dengan sukarela karena ketertarikan yang sama atas sebuah subject. Dan ini sepertinya menarik.