"Itu sudah jadi karma," jawabnya enteng. Mungkin setengah bercanda.
20 tahun lebih mengenalnya, saya tidak pernah melihat dia kebapakan dan telaten. Yang saya tahu, Papa (yes, saya memanggilnya Papa) orangnya disiplin karena sempat mengenyam pendidikan Belanda dan sangat menjunjung tinggi pendidikan. Buktinya dari anak-anaknya, yang mandeg di S1 hanya saya. Eh, gimana tadi karmanya? Begini, dulu saat kecil di Semarang, Papa saya diasuh oleh kakeknya, karena ibunya meninggal saat melahirkan adik Papa dan ayahnya merantau ke Jakarta. Lalu saya dan adik-adik juga diurus oleh kakek. Sekarang, ketika Papa jadi kakek (atau istilah kerennya "Opa"), giliran dialah mengasuh cucu semata wayangnya.
Memangnya apa sih yang selalu dilakukan Papa buat cucunya, yang sampai membuat saya merasa My Dad is My Hero?
Sebagai seorang single parent yang bekerja full time, saya tentu tertolong dengan adanya Papa yang bisa antar-jemput Anak sekolah, bisa mencarikan les pelajaran, bisa menyiapkan makanan dan menemani bikin PR. Di jaman ketika mencari asisten rumah tangga sulitnya bukan main, saya masih ada Papa yang bisa diandalkan. Memang sih ada beberapa penyesuaian karena Papa kadang agak kuno dan sering mengiyakan permintaan cucu. Namun untuk hal yang prinsip seperti disiplin waktu, disiplin uang dan kemandirian, Papa memang nomor satu. Jadi, anak saya pasti aman.
Tidak terbayang kalau Papa yang dulunya direktur keuangan dan terkenal sulit dibantah, setelah pensiun bisa jadi kakek yang fleksible mengasuh cucunya. Ya ini yang Namanya Superdad beneran. Mama saya sampai komentar kalau dulu, tidak ada yang namanya Papa masak (meski kakek saya punya restoran) ataupun membantu menggantikan baju anak. Sekarang giliran cucu, dia turun tangan sendiri, kadang lebih repot dari Mama saya.
Bukan hanya pelajaran sekolah, disiplin dan kemandirian yang diajarkan Papa pada cucunya. Tapi banyak skill lain yang juga ikut diturunkan: mulai dari main catur, main musik, belajar debat, berenang hingga ke hobi travelling dan cerita wayang.
Banyak yang bertanya apa saya tidak pernah ribut sama Papa soal mengasuh Anak? Kan orang tua dan kakek-nenek biasanya tidak sejalan. Mungkin pernah, tapi tidak ada yang major. Soalnya saya kan juga besar dengan peraturannya Papa, jadi sudah terbiasa dengan gayanya. Dan kalau kata Mama, saya ini fotokopi Papa. Mulai dari sifat keras kepala sampai pilihan makanan semuanya sama. Jadi paling bertengkarnya kalau si Andrew tiba-tiba punya mainan baru atau game computer yang belum saya approve.
Dan yang begitu membuat my dad isn't only my hero... But my son's hero as well.
Hobi traveling yang jadi "warisan" |
Memangnya apa sih yang selalu dilakukan Papa buat cucunya, yang sampai membuat saya merasa My Dad is My Hero?
Sebagai seorang single parent yang bekerja full time, saya tentu tertolong dengan adanya Papa yang bisa antar-jemput Anak sekolah, bisa mencarikan les pelajaran, bisa menyiapkan makanan dan menemani bikin PR. Di jaman ketika mencari asisten rumah tangga sulitnya bukan main, saya masih ada Papa yang bisa diandalkan. Memang sih ada beberapa penyesuaian karena Papa kadang agak kuno dan sering mengiyakan permintaan cucu. Namun untuk hal yang prinsip seperti disiplin waktu, disiplin uang dan kemandirian, Papa memang nomor satu. Jadi, anak saya pasti aman.
Karena Papa besar di kampung, jadi si Cucu boleh naik pohon |
Bukan hanya pelajaran sekolah, disiplin dan kemandirian yang diajarkan Papa pada cucunya. Tapi banyak skill lain yang juga ikut diturunkan: mulai dari main catur, main musik, belajar debat, berenang hingga ke hobi travelling dan cerita wayang.
Papa sering mengajarkan hal-hal yang sederhana tapi tidak terpikirkan buat saya yang cuek |
Dan yang begitu membuat my dad isn't only my hero... But my son's hero as well.
Suka sama postingan yang ini. Emang kadang Papa (yang sekarang dipanggil Kakek) berubah bisa menjadi "Ibu" padahal tadinya kaku atau keras. :)
ReplyDeleteKalau sama cucu semuanya jadi baik ya Mba Put haha. :)
DeleteBeruntungnya Andrew...punya Opa yang kerennn :))
ReplyDeleteThank you :)
Delete