Dua Kepala Satu Cerita

Nulis blog itu gampang. Seriusan? Yup. Yang susah itu nyari waktunya untuk duduk, mengetik, ngedit foto, posting, sharing, blogwalking dan ngobrol sama Dudu. Yang terakhir paling repot, soalnya waktu saya bertemu dan bisa ngobrol panjang sama dia relatif sedikit. Hanya pulang kerja (itu pun sudah malam) dan weekend. Dan peraturan pertama blogpost di sini adalah Dudu juga bersuara karena ini sebenarnya blog berdua.

Kalau sedang nulis di cafe, anaknya nemenin.
Biar gampang kalau mau ditanya-tanya

Saya iri sama blogger lain yang entah gimana bisa ada waktu buat nulis blog setiap hari. Mana panjang-panjang begitu tulisannya. Saya kerja full time di kantor, pergi pagi pulang malam. Kalau weekend sering pergi nge-date sama anak. Ya nonton, ya hadir acara. Jadi saya paling susah menyisihkan waktu untuk menulis. Kalau sudah begini ada beberapa step yang saya lakukan demi menghasilkan sebuah blogpost yang layak published.

Ciptakan peluangmu. Kadang saya sengaja naik busway ke atau dari kantor daripada nyetir sendiri demi nulis. Karena naik dari ujung pangkal biasanya saya dapat duduk. Cari duduk di tengah (biar ga diusir mas kondektur kalo ada yang butuh duduk) dan segera buka tab buat ngedraft dengan Google Keep. Maunya buka laptop, tapi saya bisa diamuk satu bis dong. Lumayan, perjalanan satu jam bisa jadi 1 posting. Beneran? Lah kan sudah saya bilang, nulis blog itu gampang buat saya... Cuma waktunya untuk beneran nulis yang ngga ada.

Pergi ke tempat yang tepat. Kalau di rumah, lupakan saja bisa ngeblog bareng Dudu. Anaknya bakalan sibuk nonton The Walking Dead, Inside Out, The Maze Runner... dan segudang DVD lainnya yang menunggu untuk dipasang. Jadi saya pindah ke cafe terdekat yang ada wi-finya (sekalian numpang internet) pagi-pagi sebelum rame biar internetnya lancar dan sebelum kita harus menghadiri satu event. Di situ biasanya duduk hadap-hadapan. Meskipun si Dudu nonton Youtube atau main Minecraft, tapi jadi lebih gampang diinterogasi dan disuruh cerita. Saya tinggal ketik dan digabungkan sama draft yang ditulis di busway itu lalu jadi deh postingannya.

Ini Google Keep tampilan desktop

Modal. Nah resiko nulis secara sporadik begitu adalah modalnya banyak. Ya laptop, ya tab, ya kamera (demi foto yang bagus) dan modal bayar minuman sama parkir haha. Tapi semuanya worth it kok. Kan siapa tahu berkat ngeblog yang awalnya hobi ini, modalnya bisa balik (#eh). Tapi modal yang utama kan waktu yang dihabiskan bersama si Dudu karena blog saya sebenarnya bermula dari niat mengupdate keluarga tentang perkembangan si Dudu.

Belajar dan cari tahu. Tulisan sudah jadi. Biasanya saya cek di character count online karena laptop saya ngga punya ms office (silahkan ngakak ya. Saya juga merasa ironis banget ini) dan saya biasanya ngetik di wordpad yang tidak ada word countnya. Lalu foto saya pindahkan ke laptop dan edit di picmonkey.com kalau pas ada internet, atau di apps Picasa yang sudah diinstal di laptop. Di sini yang namanya belajar tidak ada habisnya. Belajar ngedit foto dan cari tahu apps gratisan apa yang bisa dipakai untuk memaksimalkan blogposting. Saya sampai belajar HTML sedikit-sedikit demi merapihkan posting. Sudah tidak ada waktu, masih gaya pake edit ini itu ya. Haha.

Picmonkey ini web edit foto kesukaan saya.

Ini untuk menghitung karakter,
bagus juga untuk latihan menulis bahasa inggris

Begitu foto jadi, saya upload di Picasaweb lalu pasang di blogpost sesuai dengan teks. Lalu published. Selesai? Belum. Habis di post, dibaca lagi, diedit lagi spasi antara foto dan teks, baru setelah itu bernafas lega.

Menuliskan sebuah blogpost adalah yang paling gampang. Soalnya saya senang nulis dan banyak yang bisa ditulis. Kalau sudah mood susah berhenti. Peluang menulisnya yang masih perlu ditata dengan benar waktunya. Kadang terpaksa berhenti karena buswaynya sudah sampai halte dan saya harus turun. Lalu tidak menemukan waktu lagi untuk melanjutkan tulisan yang sudah saya mulai itu. Jadi kita kembali ke step pertama.

Tulisan ini diikutkan Giveaway Cerita di Balik Blog dari Mba Uniek Kaswarganti. Kalau kamu apa ceritanya?