Foto bersama seusai acara - Foto courtesy of The Urban Mama |
Dan tidak ada yang mengalahkan anak saya si Andrew tentang planning, mengimbangi saya yang spontan dan suka menuruti "insting". Tapi sebelum kita ngomongin planning ala anak 8 tahun, sebaiknya kita lihat kata expertnya dulu.
Kalau menurut Fioney Sofyan, seorang trader dan wealth asset management yang jadi pembicara di acara TUM Luncheon siang itu, ada beberapa dos and don'ts dalam planning (keuangan). Yang pertama ya kita harus manage cash flow kita. Beliau menyarankan begitu dapat uang kita investasi dulu, lalu sedekah lalu sisanya dipakai untuk menutupi pengeluaran. Kalo ngomongin investasi bisa panjang, tapi yang dimaksud di sini bukan hanya tabungan biasa. Beli saham perusahaan yang kita kenal atau kita pakai produknya sehari-hari - terutama yang bakalan laku pas lebaran. Jadi habis lebaran kita untung karena saham naik. Ini investasi ya bukan main saham jual-beli dalam waktu sehari.
Do your homework. Dalam arti kalau mau liburan ya jangan malas browsing tiket sampai datang ke travel fair. Atau cari tahu kapan THR turun jadi bisa merencanakan belanja lebih awal. Di awal puasa prepare makanan untuk sebulan untuk menghindari terlalu banyak makan di luar dan belanja di tengah bulan puasa yang seringnya ramai itu. Cek juga ada demand apa yang bisa kita jadikan bisnis, misalnya kita hobi bikin kue, kan bisa terima pesanan pas ramadhan.
Do Your Homework: Browsing hotel dan tiket duluan |
Kalo don'tsnya sih yang utama ya jangan mendahulukan wants daripada needs. Buka puasa bersama yang hampir tiap sore misalnya. Atau belanja baju baru yang sebenarnya tidak perlu. Jangan juga mengandalkan kartu kredit sebagai dana darurat, yang ada kita stress lihat tagihan sehabis lebaran.
Kalau menurut Dudu gimana? Well, Dudu belum terlalu mengerti soal uang, planning dia lebih sederhana. Setiap kita pergi, dia selalu bertanya kita mau ke mana, beli apa dan makan apa. Setelah itu dia akan berpegang teguh pada rencananya itu. Jika saya melihat sale dan mendadak lapar mata, dia selalu bilang "sale itu hanya halusinasi mama saja", sambil menarik saya menjauh. Kalau dia yang melihat mainan yang dia inginkan, dia akan berdebat sendiri: "Kita tidak merencanakan akan membeli mainan ini, bagaimana ya sebaiknya?" Kalau untuk dia tidak terlalu urgent, dan harganya tidak masuk di budget kita, dia tidak akan beli. Pergi ke toys fair pun dia sudah tahu mau mencari apa: jagoan perempuan yang pakai pistol. Kalau tidak ketemu ya dia akan pulang dengan tangan kosong. Untungnya waktu itu kita menemukan yang dia cari. Cek ceritanya di sini.
Kalau menurut Dudu gimana? Well, Dudu belum terlalu mengerti soal uang, planning dia lebih sederhana. Setiap kita pergi, dia selalu bertanya kita mau ke mana, beli apa dan makan apa. Setelah itu dia akan berpegang teguh pada rencananya itu. Jika saya melihat sale dan mendadak lapar mata, dia selalu bilang "sale itu hanya halusinasi mama saja", sambil menarik saya menjauh. Kalau dia yang melihat mainan yang dia inginkan, dia akan berdebat sendiri: "Kita tidak merencanakan akan membeli mainan ini, bagaimana ya sebaiknya?" Kalau untuk dia tidak terlalu urgent, dan harganya tidak masuk di budget kita, dia tidak akan beli. Pergi ke toys fair pun dia sudah tahu mau mencari apa: jagoan perempuan yang pakai pistol. Kalau tidak ketemu ya dia akan pulang dengan tangan kosong. Untungnya waktu itu kita menemukan yang dia cari. Cek ceritanya di sini.
Semangat mencari mainan yang diincar |
Pergi sama Dudu dijamin tidak bisa impulse buying -- belanja pakai insting, karena anaknya akan sibuk mencegah kita mengeluarkan uang untuk hal-hal yang belum direncanakan saat kita ke luar rumah. Yup, itu termasuk kalau ternyata macet dan kita stuck kelaparan di jalan. Mau belok ke restoran saja pakai debat dulu karena tadi rencananya makan di rumah. Duh, nasib. Padahal yang cari uang kan saya.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.