Anak saya, Andrew, ikut Sekolah Minggu sejak bayi. Berdoa sudah lancar dan baca alkitab hampir setiap malam. Dia bahkan punya sebuah alkitab bergambar untuk anak-anak. Sekarang anak saya duduk di TK-A dan rajin membaca STAR. Alkitabnya juga masih dibaca. Bagus dong, mengenalkan cerita Tuhan Yesus sejak dini…. Eits… ternyata tidak segampang yang anda bayangkan loh.
Setiap malam, saat hendak baca alkitab, saya selalu was-was. Anak saya ini terhitung banyak bicara dan banyak bertanya. Tidak ada yang lolos dari pengamatannya. Setiap kali membaca alkitab, ada saja yang ditanyakannya. Saya berasa seperti tua-tua Farisi yang sedang ditanya-tanya sama Tuhan Yesus kecil. Coba simak pertanyaan berikut:
“Ma, bintang orang Majus sama ngga dengan second star to the right?”
“Lain dong,” jawab saya. “Bintang orang majus kan menunjukan tempat Tuhan Yesus lahir.” Second star to the right adalah lokasi Neverland berdasarkan cerita Peter Pan karya J.M. Barrie. Dan kasus bintang orang Majus bukan yang pertama dan terakhir yang berkaitan dengan pop culture. Melihat raja Mesir yang jahat dalam cerita Musa, anak saya langsung komentar, “Oh… seperti yang di Little Einstein ya, Ma? Yang ke Egypt itu loh…” Little Einstein adalah salah satu cerita Playhouse Disney favoritnya. Atau ketika saat saya mencoba menjelaskan bedanya malaikat dengan Tinkerbell.
Tapi itu masih masalah mudah. Membaca perjanjian lama biasanya lebih menantang buat saya. Apalagi kalau ceritanya ada adegan berantemnya seperti Daud dan Goliath. Goliath digambarkan sebagai orang jahat yang besar dan membawa pedang dan perisai. Halaman pertama menggambarkan orang Israel yang lari ketakutan karena kalah dari Goliath. Halaman kedua menggambarkan Daud yang sedang mengambil batu di tepi sungai. Berikutnya… anda sudah tahu dong, Daud mengalahkan Goliath pake apa…
“Ma, Daud kok ambil batu? Kok batunya dilempar ke orang jahat? Jadi kalau ada orang jahat, Andrew boleh lempar batu ya?”
Kalau boleh memilih, saya pilih menggantikan Daud melempar Goliath dengan batu saja deh. Masalahnya anak saya belum mengerti konsep “jahat.” Orang yang tidak mau mengikuti kemauannya juga sering dibilang “jahat” sama anak saya. Apalagi dia belum bisa membedakan antara nakal dan jahat. Kalau mengikuti petunjuk Daud, bisa-bisa teman sekelasnya yang kena lemparan batu. Soalnya pernah suatu kali dia pulang sekolah dan bercerita: “Ma, tadi Kevin jahat. Soalnya pas miss cerita, dia ngobrol.” Nah loh…. Kena timpuk deh Goliath, eh Kevin…
Alkitab juga mengenalkan bahwa Tuhan Allah itu maha kuasa. Tuhan Allah memang hebat. Bisa menciptakan alam semesta dan isinya… masalahnya, di alkitab anak saya, Tuhan Allah lupa menciptakan baju untuk Adam dan Hawa.
“Ma, kok cewek dan cowoknya telanjang?”
Waduh… bagaimana menjelaskannya pada anak 3,5 tahun? “Soalnya Adam dan Hawa belum makan buah yang dilarang, jadi mereka belum tahu malu…” Untuk anak saya “oh… oh… “saja mendengar penjelasan saya yang tidak menjelaskan sama sekali itu. Ketika lain waktu dia bertanya lagi, saya sudah menemukan jawaban yang lebih simple, “kalau jaman dahulu belum ada baju jadi mereka pakai daun.” Masalah Adam dan Hawa yang “lupa” digambar bajunya itu pun selesai.
Masih masalah baju… Begitu Tuhan Yesus besar dan masuk ke Yerusalem menggunakan keledai, anak saya mulai mengerutkan dahi. Sejenak kemudian dia bertanya, “Ma, kenapa Tuhan Yesus pake rok? Kan Tuhan Yesus cowok.” Belajar dari pengalaman sebelumnya, saya segera menjawab, “soalnya jaman dulu belum ada celana,” sambil menunjukkan banyaknya bapak-bapak pake rok yang sedang menebar daun palem untuk jalan lewat Tuhan Yesus.
Ngomong-ngomong soal jaman dahulu, hari Natal ini anak saya belajar tentang cerita Tuhan Yesus. Selain dapat dari Sekolah Minggu, dia juga lihat di alkitabnya. Lalu timbullah pertanyaan:
“Ma, kok Tuhan Yesus lahirnya di kandang domba?”
Waduh, jawab apa lagi saya? Untungnya, kali ini sebelum saya kehabisan akal, anak saya sudah menjawab sendiri “Oh, soalnya jaman dulu ngga ada rumah sakit ya.”
Terima kasih, Tuhan.
Amin.