“Thor-nya kuat dan tampan. Thor juga pahlawannya. Tapi Mama sukanya Loki. I guess in the end, bad guy wins because he gets the girl,” komentar Dudu sepulang kita nonton Thor Ragnarok.
Lha, kok gitu, Du?
“Yah, habis Mama selalu ribut suka sama Loki.”
Gara-gara itu saya jadi berpikir kenapa Thor bisa kalah charming dari Loki. Well, di dunia drama Korea ada yang namanya second-lead syndrome. Mungkin di perfilman barat juga ada. Hahaha. Anyway, back to Thor. Secara keseluruhan film ini lucu banget. Lebih komedi daripada action, dan sebenarnya terasa kalau Marvel memaksakan beberapa adegan yang meskipun berhasil membuat satu bioskop tertawa ngakak, tapi sebenarnya tidak perlu-perlu amat ada di Thor Ragnarok. Jalan ceritanya sendiri ya, well, unfortunately buyar.