31 October 2015

Kpop vs Zombie: Sebuah Cerita Toleransi

We agree to disagree. Mama dan Dudu tidak selalu kompak dalam segala hal. Salah satunya adalah masalah idola. Dudu yang fanatik zombie dan Mama yang ngefans Kpop sering tidak menemukan titik tengah. Jadi? Ya kita belajar toleransi. Setidaknya boyband Kpop kesukaan saya itu ada kesamaannya dengan zombie. Selain jumlahnya yang banyak dan gerakan yang sinkron, sekali terinfeksi biasanya kita tidak bisa kembali lagi jadi normal.

Coba bayangkan kalau suatu hari, anak Anda mendadak cerita begini,
Dudu: Tadi di the Walking Dead, Rick menembak zombie terus kepalanya hancur.
Mama: Hiyyyyy... jijik.
Dudu: Tidak jijik Ma. Kan itu sudah jadi zombie.

Andrew jadi zombie buat Halloween



Zombie, buat yang belum pernah lihat, adalah manusia yang sudah mati dan setengah membusuk namun masih hidup dan berjalan-jalan mencari mangsa karena terjangkit virus. Wujudnya lebih menjijikkan dibanding seram, tapi entah bagaimana Dudu bisa suka sama zombie. Katanya sih karena "meskipun zombie tidak punya otak, mereka dapat menaklukan satu kota." Bahkan cita-citanya menjadi professor berasal dari rasa penasarannya dengan bagaimana manusia bisa terjangkit virus yang merubahnya menjadi zombie. Yah, setidaknya hal ini jadi positif ketika zombie membuat dia selalu penasaran akan asal mula sesuatu.

Dan zombie juga yang mengajarkan Andrew berbahasa Inggris. Dulu waktu usianya 4 tahun dan dia masih belajar bahasa yang seharusnya jadi bahasa ibu-nya itu, nonton Resident Evil tanpa teks membuatnya berbahasa Inggris dengan fasih, meskipun kacau. Percakapan kemudian jadi seperti ini:

Tante: What's your name?
Dudu: My name is Alice and I work for the Umbrella Corporation...

Buat yang nonton Resident Evil pasti familiar dengan dialog yang kerap diucapkan oleh Alice yang diperankan oleh Mila Jovovich itu. Tapi saya jijik lihat terlalu banyak darah namun seringkali harus mentoleransi dan sesekali mendukung hobi zombie si Dudu. Belajar menerima kesukaan si anak yang agak tidak biasa. Seperti ikutan cosplay jadi Lori Grimes dari The Walking Dead di Comic Con kemarin, hanya karena Dudu mau jadi Carl Grimes yang adalah anaknya Lori. 

Lori and Carl Grimes di Comic Con Jakarta 2015
Tapi toleransi ini dua arah. Soalnya saya suka satu boyband Kpop dan Dudu jijik melihat cowok-cowok dengan make up yang hobi cross dressing.

Dudu: Mama ini sukanya sama banci.
Mama: Ini bukan banci, Du. Cowok kok, yang satu malah sudah menikah.
Dudu: Cowok itu tidak pakai make up, Ma.

Ada yang nemenin Mama belanja WhyStyle
Tapi Dudu, meskipun dengan complain, setia menemani saya menonton film, merelakan saya mengejar artis dan menonton konser bahkan mau membantu saya berbelanja di toko pop up milik penyanyi favorit saya yang kebetulan mampir ke Jakarta beberapa bulan lalu. Dan dia juga tidak segan-segan memperkenalkan artis kesukaan saya ini pada semua orang.

Dudu: (sambil membuka tablet) Tante tahu tidak Mama aku suka sama banci? Ini lho, namanya Yesung.

Dan kebetulan foto Yesung yang saya pasang di wallpaper tablet tersebut adalah yang ini:

Jangan salah. Yesung ini laki-laki lho.
Susah melupakan excitement si Dudu waktu saya setuju untuk keliling Comic Con bawa pistol dan ikutan menembak zombie. Biasanya saya protes berat kalau dia bawa pistol ke mall dan sibuk beradegan sedang diserang zombie di depan umum. Saya juga begitu. Adalah sesuatu kalau Andrew ikut menyanyikan Mr. Simple yang diputar di radio. Meskipun dia protes berat kalau saya mulai joged-joged ala Mamacita di mall karena lagunya kebetulan terdengar.

Dudu: Mama ini pasti Mama yang unik. Tidak ada Mama yang seperti ini, membolehkan anaknya beli pistol.
Mama: Kamu juga aneh.
Dudu: Meskipun Mama sudah jadi Zombie, aku akan tetap sayang Mama.
Mama: Tapi kamu tidak boleh pakai makeup ya.
Dudu: Kecuali kalau aku fashion show. Harus touch up.
Mama: Fashion show juga pensiun saja deh. 


Berbeda itu terkadang sulit ditoleransi karena kita sebagai orang tua berharap anak bisa mirip dengan kita. Sering terdengar kalimat "Mama suka kopi kok kamu ngga suka sih." (Eh, ini saya juga ya haha). Tapi ketika anak tumbuh menjadi individual yang unik dan menyukai hal yang tidak biasa, dukungan kita akan hobbynya (selama positif) ternyata adalah sesuatu yang sangat berarti bagi si anak, apalagi jika kita sampai all out macam cosplay begitu demi si anak. Dudu punya semangat maju terus tidak perduli kata orang selama Mama mendukung.

Ya, kalo Halloween begini, boleh deh jadi zombie lagi. Happy Halloween!


No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.