03 September 2015

Mama dan Dudu Bicara Soal Anak Minggat

Tingkah anak kecil memang tidak ada habisnya. Kemarin ada cerita begini di kantor saya. Seorang teman kedatangan anak perempuan tetangganya yang mau playdate. Anehnya, si anak kelas 2 SD ini datang sendiri tanpa diantar mbak atau orang tuanya, bahkan membawa tas kecil. Tapi karena si anak memang sering main ke rumah, ya dipersilahkan masuk sama teman saya.

Karena anaknya masih tidur siang, si tamu kecil disuruh menunggu di sofa depan sambil nonton TV. Saat itu, ngobrollah teman saya dengan si anak.

Teman saya: Kamu sendirian ke sini?
Anak Tetangga: Iya.
Teman saya: Ayah Bunda ke mana?
Anak Tetangga: Ada di rumah.
Teman saya: Kok kamu ngga sama Ayah Bunda aja?
Anak Tetangga: Aku tadi dimarahi Bunda. Jadi sekarang aku minggat.
Teman saya: HAH? Minggat?
Anak Tetangga: Seperti anak yang di Inside Out itu, Tante.

Selagi teman saya masih shock, apalagi ketika menemukan bahwa tas bawaan si anak berisi pakaian untuk menginap, adiknya anak ini muncul di pintu mengabarkan bahwa Bundanya delivery makanan cepat saji kesukaan mereka di rumah. Si anak buru-buru pamit meninggalkan teman saya kebingungan sekaligus khawatir sama anaknya sendiri. “Ntar anak gue minggat, gimana, Ruth?”



Saya belum nonton Inside Out sih. Soalnya si Andrew tidak berminat. Banyak yang bilang filmnya bagus tapi kurang cocok untuk anak balita. Dan rata-rata yang bilang nonton sampai menitikan air mata itu orang dewasa semua.

Jadi kita tidak bisa review filmnya deh.

Memangnya saya tidak khawatir Dudu, yang sudah 9 tahun, akan berpikiran minggat? Well, anak saya laki-laki jadi (semoga) less drama if compared to the teenage girls even though he’s super sensitive. Maklum zodiaknya Cancer. Belum lagi dia super nempel sama saya. Maklum anak tunggal dan saya juga single mom jadi kita selalu berdua. Dudu sering diledek “perangko” atau “stiker” sama opa dan oma nya karena terlalu nempel. 


Ini jalan-jalan sih bukan minggat
Sebuah artikel yang dipublikasikan di New York Times website tahun 1991 pernah membicarakan soal minggat. Anak usia TK dan SD biasanya menyadari seberapa tergantungnya mereka pada orang tua. Namun ketika mereka pun mengancam akan minggat, orang tuanya harus menanggapi dengan serius karena itu berarti ada masalah yang tidak dapat mereka utarakan dengan kata-kata, saran Dr. John A. Calicchia seorang psikolog di Boston seperti dilansir artikel New York Times tersebut.

Yang jelas, jangan malah sengaja memberikan tas atau berlagak tidak perduli jika mereka pergi. Yang ada justru kita harus mencegahnya karena minggat adalah respon impulsive seorang anak yang emosi. Bukan karena dia benar-benar ingin kabur. Dengan mencegahnya kita bisa menunjukkan bahwa kita benar-benar perduli dan sayang kepada si anak.Jangan berhenti di situ. Gunakan kesempatan ini untuk berbicara dengan anak mengenai masalahnya dan meyakinkannya bahwa orang tua akan menemaninya mencari pemecahan.


Ini juga jelas bukan minggat...
soalnya pakai kacamata hitam
Dan seperti biasa, rasanya tidak adil kalau hanya memandang minggat dari sudut pandang orang dewasa. Apalagi ini blog berdua. Lalu, apa pendapat Dudu tentang minggat?
Dudu: Minggat itu apa, Ma?
Mama: Pergi dari rumah.
Dudu: Untuk apa pergi dari rumah, kan semuanya ada di rumah?

(harap maklum, Dudu anak rumahan)

Mama: Ya biasanya karena bertengkar sama Mamanya.
Dudu: Tidak perlu sampai minggat, kan kalau bertengkar juga besoknya Mama sudah sayang lagi.
Mama: Kalau ada anak minggat bagaimana?
Dudu: Ya itu berarti orang tuanya harus lebih menyayangi anaknya, dan memberikan semua yang anaknya mau...

Eaaa... enak aja.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.