12 February 2015

Elegant Love of Nespresso

Kenalkan, teman baru saya dan Andrew ini Namanya Nespresso. Sebagai pencinta kopi, menemukan mesin kopi seperti di coffee shop tapi bisa digunakan di rumah itu sesuatu banget. Apalagi Andrew bisa mengoperasikan mesin ini dengan mudah. Hanya tinggal mengisi air, masukin kapsul lalu pencet tombolnya.

Setiap pagi kalau weekend, Andrew paling sibuk membuat kopi. Begitu saya bangun, sudah ada kopi di meja. Sampai sering disindir sama orang tua saya karena Andrew niat banget bikin kopinya. Aman karena tidak pakai air panas, cukup memilih kapsul Nespresso mana yang mau diseduh, dimasukkan ke bagian atas mesinnya lalu ditutup dan dipencet ukuran gelasnya. Ada cangkir espresso yang kecil dan gelas kopi biasa. Dari dinyalakan hingga siap pakai, kita harus menunggu lampunya berhenti berkedip sekitar 30 detik.

Kalau sudah selesai, bagian atasnya tinggal di angkat dan kapsul kopi akan jatuh ke bawah, terbuang dengan sendirinya. Kalau tempat pembuangan sudah penuh kita tinggal buang ke tong sampah. Tidak ada ampas dan tidak berantakan. Membersihkannya pun cukup mudah, hanya melakukan langkah seperti menyeduh kopi tapi tidak perlu memasukkan mesin kopinya. Paling sesekali tempat pembuangan dan tatakan gelasnya dicuci.

Nespresso baru selesai mandi
Mesin Nespresso hitam ini dibawa pulang oleh adik saya dari Belanda sekitar 3 tahun lalu ketika dia kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya. Hadiah dari cewek yang sekarang sudah jadi pacarnya. Sekarang Nespresso ini ada di rumah, jadi cerita cinta Andrew dengan saya.

Mau minum Nespresso ini penuh perjuangan karena di Indonesia waktu itu mesin kopi dengan kapsul belum popular. Saat sudah mulai heboh pun, yang datang ke Indonesia adalah adik dari Nespresso, Dolce Gusto. Dolce Gusto yang fun and colorful saja sudah termasuk premium di Indonesia. Apalagi mesin yang warnanya hitam dan perak ini. Jadilah ketika saya kehabisan kapsul, si Nespresso diistirahatkan. Soalnya berbeda dengan Dolce Gusto yang kapsulnya bisa dibeli di supermarket terdekat, kapsul Nespresso ini agak exclusive.

Lalu Nespresso Boutique buka di ION Orchard. Boutique? Yup, toko khusus jualan kapsul dan mesin Nespresso ini ada di salah satu mall bergengsi di Singapura, jadi bentuknya pun seperti butik baju branded. Yah, soalnya harga mesinnya juga tidak murah-murah amat. Tapi karena saya pencinta black coffee, jadilah saya tetap memperjuangkan minum kopi dari mesin ini. Kapsulnya ada banyak macam, masing-masing dengan warna kapsul yang berbeda-beda. Waktu pertama beli mesin dan dapat satu set kapsulnya, saya sibuk membolak balik buku panduan kopi. Karena namanya susah dihafalkan, saya biasanya hanya mengingat warna. Akhirnya saya jatuh cinta sama Capriccio, yang warnanya hijau tua.

Kebetulan hijau juga warna favorit si Andrew. Jadi pas deh.

Yang hitam itu espresso,
yang coklat garis-garis lupa namanya tapi rasa chocolate
Nespresso juga sering mengeluarkan seasonal atau limited edition yang muncul dua kali setahun. Yang terakhir saya coba itu Cioccorosso (yang garis-garis warna warni), campuran dark chocolate dan raspberry-type of fruit. Kapsul yang ini manis, kalau habis dipakai dan dibuang ke tong sampah, tong sampahnya ikutan disemutin.

Lalu apa hubungan Nespresso dengan postingan hari Valentine saya? Well, ya karena itu tadi. Nespresso menyambungkan adik saya dan pacarnya. Menghubungkan saya dan adik saya yang satu lagi… dan pacarnya yang kebetulan adalah “supplier kapsul” saya karena tiap pulang kampung dari Singapore saya palakin. Dan memberikan sesuatu untuk saya dan anak saya yang semangat membuatkan kopi. Serta tentu saja, saya dan black coffee yang dibuat oleh si Nespresso itu.


Semoga cepat ada di Indonesia ya.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.