31 December 2015

Cinta, Cantik dan Kartu Hari ibu

"Cantik itu adalah sesuatu yang membuat cinta. Setiap orang memiliki kecantikan yang hanya bisa dilihat oleh satu orang yang mencintainya." - Dudu

Terdengarnya dalam banget ya. Tapi ini sebenarnya akibat si Dudu terlalu banyak membaca Crayon Sinchan. Jadi ceritanya di Crayon Sinchan ada seorang pangeran dari negeri jauh berwajah buruk (Omata) yang jatuh cinta pada seorang pegulat perempuan (Shinobu). Di buku itu diceritakan bahwa di negeri asal Omata, definisi cantik dan ganteng itu tidak seperti di Jepang. Dari situ Dudu jadi belajar bahwa cantik itu relatif. Ternyata Crayon Sinchan ada gunanya.

Saya Mama yang ngga pede difoto
soalnya kalah keren sama anaknya

19 December 2015

Yuk Masak di Philips' Mother’s Day Cooking Class

Saya bukan Mama jago masak. Masak buat saya adalah penghilang stress. Jaman kuliah dulu, kalau stress dengan tugas, saya turun ke dapur dan membuat kue. Itu juga hitungannya “baking” bukan “cooking”. Setelah ada Dudu, saya menemukan bahwa memasak bersama anak dapat meningkatkan bonding dan menumbuhkan kebiasaan makan sehat dalam keluarga. So, I guess it’s time to start cooking.

Ibu-ibu yang antusias memasak di acara Philips
Philips Mother’s Day Cooking Class bersama Pak Bondan
Beberapa waktu lalu, Philips Indonesia menyelenggarakan “Philips Mother’s Day Cooking Class” di Pullman hotel Jakarta bersama pakar kuliner Bondan Winarno dan chef Yuda Bustara. Menggunakan peralatan dapur dari Philips, para ibu-ibu yang mengikuti kelas memasak ini dapat mengajak anak mereka untuk memasak dengan lebih aman. 

(ternyata Dudu mengawasi saya menulis blog ini dari belakang)
Dudu: Memasak dengan anak bukan menjadi tambah stress ya, Ma?
Mama: Ngga dong. Itu ngga baca di atas, tulisannya bonding?
Dudu: Apa itu Bonding Ma?
Mama: Jadi lebih dekat dan lebih kompak.

Mengapresiasi Diri Sendiri, Mulai Dari Mana?

Beberapa waktu lalu, saya ditegur Dudu. "Buat Mama, hari libur itu percuma, soalnya Mama akan tetap bekerja dan menulis." Yup, saya orangnya tidak bisa diam dan cenderung workaholic. Meskipun mungkin banyak yang tidak percaya saya serajin itu karena saya sering bilang hobi saya tidur dan baca komik.

Dan karena terlalu seru sama kerjaan, saya sering lupa menikmati hasilnya. Padahal menikmati hasil kan termasuk salah satu cara menghargai kerja keras yang sudah dilakukan. Sejujurnya sih bukan karena tidak mau tapi lebih karena tidak tahu mau apa dengan hasil yang sudah didapat. Saya tidak hobi shopping kecuali buku, tidak suka perawatan salon dan spa juga. Makan enak takut keterusan dan gemuk. Jalan-jalan juga agak terbatas karena saya masih tercatat karyawan kantoran. Jadi gimana?



14 December 2015

Charlie Brown and Snoopy in The Peanuts Movie

Cerita Charlie Brown adalah cerita sehari-hari seorang anak SD biasa. Nonton film ini bersama Andrew, dia sibuk memasangkan setiap tokohnya dengan teman-teman sekelasnya. Meskipun bukan film yang epic seperti Pan atau Harry Potter, tapi film berdurasi 1 jam 33 menit ini menyimpan pelajaran tersendiri bagi anak-anak yang menontonnya.

Charlie Brown & Snoopy 
Charlie Brown cenderung pemalu dan tidak percaya diri. Bahkan menerima cap “pecundang” yang diberikan teman-temannya dengan ikhlas. (Dudu: “Dia dibentak teman-temannya karena dianggap payah, Ma.”) Namun semuanya berubah ketika seorang murid pindahan masuk ke kelasnya. Untuk memberikan kesan pertama yang baik, Charlie Brown berusaha maksimal untuk menjadi keren. Mulai dari belajar menari hingga mengerjakan book report yang seharusnya dikerjakan berdua bersama murid pindahan yang ditaksirnya tersebut. 

12 December 2015

My December: Reward itu Hadiah atau Sogokan

“Santa Claus dan Tuhan,” jawab Dudu cepat ketika saya bertanya apa yang mengingatkan dia akan bulan Desember. “Selain itu ada banyak hadiah juga. Aku jadi senang.” Hadiah yang datang di bulan Desember adalah sebuah reward dari Santa Claus untuk kita yang sudah berkelakuan baik selama setahun belakangan, dan sogokan (alias motivasi) agar kita tetap menjadi anak baik satu tahun ke depan.

Karena itu begitu mendapat tantangan bertemakan Desember dari Duniabiza, saya langsung terpikir untuk ngobrolin hadiah. Apalagi, Desember kali ini ada yang lebih spesial. Soalnya sogokan saya berhasil memotivasi Dudu belajar ujian. Hah? Sogokan?

Membuka hadiah dari Santa Claus

11 December 2015

The Breakfast Basic and How To Avoid the Battle

I have to admit, Andrew woke up a lot earlier than I do and my Mom is the one preparing breakfast for him. It’s listed on the house rules that no one can leave through the front door before eating breakfast. That’s how my mom raising her three children and, now, her grandson as well.

When the invitation arrived on my inbox from The Urban Mama, Andrew was sold right away and half-begging me to go. So, on behalf of this Koko Krunch fan, I was set to arrive early on Sunday at Pipiltin Cocoa Senopati. He bailed on me last minute with a message: “Don’t forget to bring home Koko Krunch, Mom!”


Dudu and Koko Krunch

02 December 2015

Dudu Masak Sendiri

Entah sejak kapan Dudu ingin masak. Memaksa semua orang di rumah untuk menemani masak buat saya makan malam (duh terharu). Dan baru kesampaian ketika Om Onda (adik saya yang paling kecil) pulang dari Belanda. Karena si Om Onda ini memang senang masak dan senang makan, maka Dudu langsung memaksa buat menemaninya masak. Memangnya mau masak apa sih, Du?

Dudu: Masak sop.
Mama: Sop doang gitu?
Dudu: Bukan sop saja, tapi ada wortelnya, kentangnya, dagingnya, baksonya...
Mama: Ya itu namanya sop.
Jadi, pada suatu hari kerja, saya pulang disambut oleh semangkuk sup seperti ini (ini Dudu juga yang foto makanya buram):


Sup campur-campur ala Dudu

25 November 2015

Berburu Hadiah di Kota Kasablanka

Saya paling pusing kalau disuruh cari kado. Sekali ini wajib soalnya di dalam acara kumpul keluarga di akhir bulan ada kalimat "tukeran kado minimal Rp50,000 dibungkus koran." Aduh cari di mana ya? Maunya di Mall, biar banyak pilihan. Jadi #DateWithDudu kali ini temanya berburu hadiah. Coba ke Kota Kasablanka yuk!

Biasanya kita rutin sebulan sekali ke Kota Kasablanka. Entah nonton, entah makan, entah karena ada acara seru seperti KFood Fest bulan lalu. Beberapa kali juga kita belanja groceries bulanan atau sekedar update mainan si Dudu. Sayang Kokas tidak punya toko buku, jadi rasanya jalan-jalan kita kurang lengkap. Tapi sekali ini tujuan kita adalah gifts alias hadiah, jadi Kokas adalah tempatnya.




21 November 2015

Cerita Papa: Dari Perusahaan ke Cucu

Ayah saya bukan tipe yang turun tangan langsung mengurus anak. Ketika saya dan adik-adik masih kecil, kami diurus oleh pembantu dan diawasi kakek karena kedua orang Tua saya bekerja. Namun ketika giliran putra saya yang hadir dalam keluarga kami, Ayah saya mendadak jadi canggih dalam hal mengasuh Anak. Kok bisa?

"Itu sudah jadi karma," jawabnya enteng. 
Mungkin setengah bercanda. 

20 tahun lebih mengenalnya, saya tidak pernah melihat dia kebapakan dan telaten. Yang saya tahu, Papa (yes, saya memanggilnya Papa) orangnya disiplin karena sempat mengenyam pendidikan Belanda dan sangat menjunjung tinggi pendidikan. Buktinya dari anak-anaknya, yang mandeg di S1 hanya saya. Eh, gimana tadi karmanya? Begini, dulu saat kecil di Semarang, Papa saya diasuh oleh kakeknya, karena ibunya meninggal saat melahirkan adik Papa dan ayahnya merantau ke Jakarta. Lalu saya dan adik-adik juga diurus oleh kakek. Sekarang, ketika Papa jadi kakek (atau istilah kerennya "Opa"), giliran dialah mengasuh cucu semata wayangnya.


Hobi traveling yang jadi "warisan"

15 November 2015

Menginap di Royal Plaza on Scotts Singapore

Back to Orchard. Setelah dulu nginep di bilangan Dhoby Ghaut, lalu sempat ke Farrer Park dan Lavender, sekarang kita balik lagi ke surga shopping Singapore untuk menginap di Royal Plaza on Scotts yang lokasinya di sebelah Shaw House, seberang Tang dan cuma 5 Menit jalan kaki dari ION Orchard. Semua itu hanya untuk tidak belanja apa-apa hahaha. 

Lobby Royal Plaza on Scotts

31 October 2015

Kpop vs Zombie: Sebuah Cerita Toleransi

We agree to disagree. Mama dan Dudu tidak selalu kompak dalam segala hal. Salah satunya adalah masalah idola. Dudu yang fanatik zombie dan Mama yang ngefans Kpop sering tidak menemukan titik tengah. Jadi? Ya kita belajar toleransi. Setidaknya boyband Kpop kesukaan saya itu ada kesamaannya dengan zombie. Selain jumlahnya yang banyak dan gerakan yang sinkron, sekali terinfeksi biasanya kita tidak bisa kembali lagi jadi normal.

Coba bayangkan kalau suatu hari, anak Anda mendadak cerita begini,
Dudu: Tadi di the Walking Dead, Rick menembak zombie terus kepalanya hancur.
Mama: Hiyyyyy... jijik.
Dudu: Tidak jijik Ma. Kan itu sudah jadi zombie.

Andrew jadi zombie buat Halloween

25 October 2015

Berkenalan Dengan Korean Food

Ada yang bilang dari perut sampai ke hati. Well, kalau Korean Food alias K-Food, sebenarnya agak terbalik. Anyway, minggu lalu, saya dan Dudu nge-date di acara K-Food Fair 2015 di Kota Kasablanka.


19 October 2015

Celestial Movies Presents Little Big Master

Film ini dibuka dengan sebuah adegan anak TK yang stress menghadapi tuntutan orang tuanya untuk terus duduk di kelas berbakat. Sang kepala sekolah yang berusaha mengingatkan orang tua yang tidak terima anaknya dibilang "tidak mampu" malah dihadapkan pada kenyataan bahwa pemilik sekolah tidak ingin menentang pendapat sang ayah yang merupakan salah satu penyumbang dana dan akhirnya mengabaikan keadaan sang anak.

Ironis memang. Tapi percaya atau tidak, trailer film ini tidak sedih. Soalnya waktu saya bilang mau nonton Little Big Master bersama Celestial Movies di Cinemaxxx, komentar Andrew adalah: "lho, ini kan film yang kocak kocak itu. Seru pasti, Ma. Soalnya banyak kocak-kocaknya." Dan dia minta ikut. 


Yeay, bisa nonton bareng Celestial Movies

18 October 2015

Cerita Tentang Belajar Bersama Fun Blogging

Menyebut diri sendiri blogger masih terasa aneh buat saya. Soalnya, meskipun aktivitas ini sudah sekitar 10 tahun saya jalani, termasuk jaman puisi yang tidak layak publish itu, saya tidak pernah berpikir untuk sharing, blogwalking apalagi monetizing blog. Semua itu saya temukan di Fun Blogging.

Dan itu baru tahun ini, 2015. Sampai-sampai seharian itu di Communicasting Academy sambil mendengarkan petuah ketiga suhu blogger, saya berpikir ‘selama ini saya ngapain aja dengan blog saya ya?’


16 October 2015

Kita Pergi Minum Kopi

Kadang-kadang Dudu mengejutkan saya dengan pengetahuannya. Ketika kita berdua menghadiri acara talkshow dan coffee tasting di International Coffee Day di @America, Pacific Place, Jakarta, dia mendadak bercerita tentang asal muasal kopi. 

"Jadi ceritanya ada petani yang punya kambing. Suatu hari kambing-kambing itu makan buah di padang rumput dan jadi tidak bisa diam. Petani yang curiga menemukan buah yang dimakan kambing itu lalu menemukan kopi."

Ternyata Dudu sudah tahu bahwa kopi itu aslinya buah. 


04 October 2015

A Trip to Neverland

The second star to the right and straight on 'til morning. Petualangan (akibat menang kuis socmed dari Cosmopolitan FM) kali ini membawa Mama dan Dudu ke Neverland bersama Peter Pan, James Hook, Blackbeard dan Tiger Lily. Let's go!

Siapa tidak kenal Peter Pan? The boy who wouldn't grow up adalah karya J.M. Barrie yang sudah sering hadir di bioskop. Namun melalui karya Sutradara Jow Wright ini kita mulai dari awal, tanpa Wendy dan tanpa Tinkerbell, ketika Peter Pan pertama kali ke Neverland dan bertemu dengan James Hook. Satu hal yang jarang disinggung, tapi selalu bikin penasaran



01 October 2015

Menunggu Hari Tua Sherlock Holmes

"I told Watson if I ever write a story it will be to correct the million misconceptions created by his imagination.(Saya katakan pada Watson, jika saya menulis Cerita, itu adalah untuk meluruskan jutaan kesalahpahama orang yang diciptakan oleh imajinasinya.)" ~ Sherlock Holmes, Mr.Holmes


Saya adalah Sherlockian. Seseorang yang ngefans berat sama tokoh detektif rekaan Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes. Semua versi dicari dan ditonton. Mulai yang klasik sampai yang nyeleneh karya Guy Ritchie hingga serial di BBC yang dibintangi Benedict Cumberbatch. So what makes this Sherlock special?

26 September 2015

Time Travel on Foot at Passer Baroe

It's always nice to walk back in time. Sekali ini beneran jalan kaki ke masa lalu bersama Jakarta Walking Tour sebagai Bagian dari workshop TravelNBlog. Bukan hanya sejarah, tapi juga nostalgia karena Pasar Baru banyak menyimpan cerita masa kecil saya.

Welcome to The Hotel Transylvania

Dari rencana putus asa tidak bisa nobar weekend karena Mama mau ikut workshop blogging, hingga nekat ikutan kuis premiere dan menang! Jadi kita nonton Hotel Transylvania 3D premiere di 21 Plaza Indonesia hari Selasa 22 September lalu. Dan percakapan ini terjadi setelah kita menukar tiket dari tim Fox Indonesia:

Dudu: Hotel begini seram, siapa yang mau tinggal?
Mama: Ya Mama lah. Kan vampir.


25 September 2015

Dua Kepala Satu Cerita


Nulis blog itu gampang. Seriusan? Yup. Yang susah itu nyari waktunya untuk duduk, mengetik, ngedit foto, posting, sharing, blogwalking dan ngobrol sama Dudu. Yang terakhir paling repot, soalnya waktu saya bertemu dan bisa ngobrol panjang sama dia relatif sedikit. Hanya pulang kerja (itu pun sudah malam) dan weekend. Dan peraturan pertama blogpost di sini adalah Dudu juga bersuara karena ini sebenarnya blog berdua.


Kalau sedang nulis di cafe, anaknya nemenin.
Biar gampang kalau mau ditanya-tanya

23 September 2015

Smells Good: Kulit Sehat dan Indah dari Redwin Sorbolene

Dalam misi mengembalikan kulit jadi sehat dan indah, saya bertemu sorbolene. Apa itu sorbolene? Hasil cari-cari sana sini menyebutkan bahwa sorbolene adalah krim pelembab multifungsi yang terdiri dari air yang dipurifikasi, parafin dan glycerin. Krim ideal untuk membuat kulit sensitif jadi sehat dan indah ini ada di rumah saya dengan nama Redwin Sorbolene

Redwin Sorbolene Moisturizer
dengan kandungan vitamin E

20 September 2015

ArtScience Museum: Mengunjungi Laut Dalam dan Masa Lalu

Dudu and science are two things that can't be separated. Jadi, dia senang banget waktu kita pindah ke exhibition The Deep dari Dreamworks karena yang ini tentang kehidupan di dalam laut.

Ini adalah cerita bagian dua dari #DateWithDudu di ArtScience Museum Singapore di mana kita mengunjungi tiga exhibitions sekaligus: Dreamworks (sampai 27 September), The Deep (Sampai 27 Oktober)dan The Singapore Story (Sampai 4 Oktober). Tiket masuk ArtScience Museum untuk Dreamworks dan The Deep adalah SGD 30 (dewasa) dan SGD 18 (anak-anak).




The Deep Menyelam ke Laut Dalam

Masuk ke laut dalam semuanya gelap. Udaranya dingin, mencekam dan susah foto tanpa blitz (soalnya dilarang ambil video dan Foto pake flash). Dan sebagai orang Indonesia pemakan segala, melihat ikan (walaupun wujudnya seram) pada jam mendekati makan siang, saya jadi lapar. Tapi antusiasme Dudu mencari tahu tentang ikan-ikan dan rasa penasaran nya tentang kehidupan dalam laut membuat suasana suram di dasar laut jadi ceria.


Dasar laut adalah tempat misterius. Mengutip pernyataan Dr. Cindy Lee Van Dover, seorang ahli biologi laut dalam, “More men have walked on the moon than have dived to the deepest part of our oceans.” Lebih banyak manusia yang menjejakkan kaki ke bulan daripada ke dalam laut. Jadi bagian pertama exhibition ini adalah tentang bagaimana manusia memulai perjalanan menjelajah bawah laut. Dimulai dari kapsul kedap air sampai expedisi yang menggunakan kapal selam. 


19 September 2015

ArtScience Museum: Mengintip Dapur Dreamworks

Hore! Akhirnya kita kesampaian pergi #DateWithDudu ke ArtScience Museum Singapore. Tidak tanggung-tanggung kita pergi mengunjungi tiga exhibition sekaligus: Dreamworks (sampai 27 September), The Deep (Sampai 27 Oktober)dan The Singapore Story (Sampai 4 Oktober). Yang terakhir ini exhibition gratis yang diadakan The Strait Times dalam rangka merayakan ulang tahun Singapura ke-50.


Tiket masuk ArtScience Museum untuk Dreamworks dan The Deep adalah SGD 30 (dewasa) dan SGD 18 (anak-anak) dan dapat soda gratis yang bisa diambil di toko souvenirnya. Kalau yang hanya mau masuk satu exhibition saja, bisa beli tiket satuan, kok.

Dudu langsung mengeluarkan gadgetnya untuk foto-foto.

16 September 2015

A Fun Afternoon at Jacob Ballas Children's Garden

Singapore on a budget? Well, mampir saja ke Jacob Ballas Children's Garden yang terletak di komplek Singapore Botanic Garden. Selain buka dari pagi, jadi bisa datang sebelum mulai berkeliling Singapura, taman ini juga gratis. Bisa jadi alternatif untuk yang mencari liburan murah di Singapura dengan anak. Eits, tapi ada syaratnya: setiap orang dewasa yang masuk wajib ditemani anak usia 0-12 tahun.

Dudu: Jadi Mama bisa masuk karena aku ya. Kalau orang dewasa saja tidak boleh masuk. Ini taman anak-anak
Mama: Kalo ngga ada Mama, kamu juga ngga bisa masuk kali. Anak-anak ngga boleh masuk sendirian.


Jacob Ballas Children's Garden

Jacob Ballas Children's Garden entrance
Pintu masuk ke Jacob Ballas Children's Garden ada di balik pintu ini
Gerbang masuk Jacob Ballas Children's Garden

15 September 2015

Unveiling Singapore Airlines Premium Economy Seats

Ada yang spesial di acara BCA-Singapore Airlines Travel Fair di Grand Indonesia kemarin. Ada 4 kursi Premium Economy yang dihadirkan Singapore Airlines untuk dicoba oleh para pengunjung. Saya hadir minus Dudu yang sedang belajar untuk ujian atas undangan The Urban Mama untuk acara talkshow "Liburan Nyaman Bersama Anak."

Liburan yang nyaman ala Ninit Yunita, Founder the Urban Mama sekaligus ibu 2 anak, dimulai dari sebelum naik pesawat. Ada baiknya kita cerita dulu tentang prosedurnya dan apa yang bisa dipersiapkan anak.(Semacam what to expect when you're boarding kali ya haha). Bawa mainan biar anak tidak bosan. Dan jangan lupa hunting tiket murah di travel fair. Wah yang terakhir ini sepertinya penting banget.



11 September 2015

Menemukan Arti Transit di Changi Airport

Changi Airport is the happiest place on earth… at least buat saya dan Dudu. Soalnya menunggu (yang biasanya super nyebelin) jadi seru dan bermanfaat. Maka, ketika pesawat yang akan menerbangkan kita kembali ke Jakarta di-delay hampir 2 jam lebih, Dudu malah happy.


There's something for everyone at Changi Airport Singapore. Mulai dari makan, nonton, bermain, belanja, hingga jalan-jalan di taman. Dijamin tidak bosan dan tidak bangkrut karena semua free (kecuali makan dan belanja). Yang ada kita malah sengaja check in duluan atau keluar belakangan karena mau "jalan-jalan" dulu di sana.



10 September 2015

Malam Hari Di Marina Bay

Menjelajah sendirian di Singapore tanpa Dudu sebenarnya agak garing. Maklum, terbiasa berpetualang berdua. Tapi saya jadi bisa berkeliling menikmati indahnya malam hari di Marina Bay tanpa harus pusing ada yang bosan karena saya hanya melihat matahari terbenam dan menunggu lampu menyala.


Sekali-kali yang punya blog mejeng sendirian
Saya sampai di Marina Bay sebenarnya karena janjian dengan seorang teman blogger, Mba Suci yang perdana pergi ke Singapura. Tapi apa daya kita belum jodoh bertemu di negara tetangga. Haha. Nah karena sudah terlanjur ada di Marina sini, dan saya sendirian, kesempatan ini saya gunakan untuk berkeliling dan foto-foto. Toh, Dudu bukan penyuka bangunan historis jadi dia ngga akan ketinggalan apa-apa.

Marina Bay Sands

Berjalan keluar dari Bayfront MRT yang terhubung dengan Marina Bay Sands di lantai basement, saya langsung memanfaatkan waktu untuk berkeliling. Karena bukan pencinta shopping, saya memutuskan untuk keluar dan mengunjungi ArtScience Museum untuk melihat exhibition apa yang bisa saya kunjungi bersama Dudu ketika dia sudah sampai keesokan harinya. Ketika berjalan keluar dari Museum jam 7 malam (yes, matahari Singapura terbenam agak lambat), pemandangan skyline Singapore mencuri perhatian saya.


Banyak yang jogging, naik sepeda atau sekedar berjalan-jalan sambil mendorong stroller di daerah sini. Selain karena sejuk, jalanannya juga kids friendly, alias aman dan cukup luas untuk anak-anak berlarian. Favorit saya tentu saja kumpulan pohon palem yang dijajarkan rapi. Seperti Los Angeles, tapi versi yang bisa dilewati dengan jalan kaki. Haha.




Menyenangkan melihat langit berubah diantara gedung-gedung tinggi dan Fullerton Hotel dengan desain klasiknya, tapi begitu gelap, perhatian kita beralih ke light and laser show yang dimulai jam 8 setiap harinya. Buat yang kelewatan, masih ada show jam 9.30 dan extra jam 11 malam khusus Jumat dan Sabtu malam. Shownya gratis, dan kita tinggal duduk di tempat yang sudah disediakan. 





Wah, Andrew pasti suka nih!

Fullerton

Sebenarnya Andrew sudah pernah nonton laser show secara tidak sengaja waktu kita pergi bersama para sepupu. Tapi kita nonton dari sisi seberang, alias sisi Fullerton, jadi tidak jelas seperti apa aslinya light and laser show ini. Hanya terlihat permainan lampu dari atas Marina Bay Sands.

Merlion yang jadi Icon Singapore

Kalau dari Fullerton yang kelihatan cuma ini
Fullerton sendiri hidup pada waktu malam. Dekat dengan exit MRT Raffles Place, One Fullerton yang letaknya mepet dengan Merlion yang menjadi Icon Singapura ini adalah sekumpulan restoran, cafe dan bar outdoor yang meriah ketika malam datang. Masih di Fullerton juga, ada banyak sejarah yang dapat dinikmati di sini. The Fullerton Hotel Singapore adalah hotel bintang lima yang dulunya adalah gedung Kantor Pos Pusat Singapura. Selain itu ada Fullerton Bay Hotel yang berbentuk kubus unik dengan interior indah. Hotel ini membuka lantai lobby-nya untuk dilalui umum jadi kita tidak perlu berpanas-panasan di siang hari. Kalau beruntung, sambil jalan kita bisa mendengarkan live music dari restoran hotel.


Singapore Flyer, Helix Bridge, ArtScience Museum, Marina Bay Sands


Dari sisi sebelah sini, kita bisa berdiri di dermaga dan melihat lampu-lampu Marina Bay Sands, Singapore Flyer dan Helix Bridge.

Lau Pa Sat

Restoran yang ada di seputaran Marina Bay lebih cocok untuk special occasion atau hang out bersama teman-teman. Jadi saya berjalan sedikit ke Lau Pa Sat, yang katanya adalah food court tertua di Singapore. Sejarahnya sudah dimulai pada awal 1900 ketika Telok Ayer Market dibangun. Beberapa kali mengalami renovasi (terakhir pada tahun 2014), food court ini masih terasa seperti gedung lama dengan arsitektur Victorian. Dalamnya panas. Yes, meskipun malam hari, sepertinya angin tidak bisa lewat jadi udaranya tidak sesegar ketika kita berada di luar. 




Lau Pa Sat

Tapi dentingan lonceng yang tiap 15 menit dan banyaknya jenis makanan di Lau Pa Sat membuat saya tetap duduk manis dan makan sampai habis. Harganya juga tidak mahal, mirip dengan food court pada umumnya. Jenisnya banyak. Selain dari masakan chinese yang selalu ada (seperti sup ikan dan nasi ayam hainam), ada masakan India, Vietnam, Korea, Jepang dan lainnya). Ada masakan Indonesia juga lho.



Lau Pa Sat

Vietnamese Roll at Lau Pa Sat
Vietnamese Roll at Lau Pa Sat
Menemukan sebuah bangunan klasik satu lantai peninggalan jaman penjajahan di tengah gedung-gedung tinggi dan modern rasanya menarik. A mix between history and contemporary. Jalan keliling Marina Bay Sands gratis lho, bisa jadi alternatif kalau ingin liburan murah di Singapura.

Bonus Trip: 
Far East Organization Children's Garden

Kalau ada Dudu, mungkin saya akan menghabiskan waktu di Garden By The Bay seperti waktu itu. Walaupun jadi tidak masuk ke dome-dome yang ada, tapi di sana ada Far East Organization Children's Garden yang gratis untuk anak-anak bermain. Water play yang terlihat begitu kita masuk langsung menarik anak-anak untuk main air. Kalau ke Singapura memang sebaiknya bawa handuk dan baju ganti kemana-mana karena water playground bisa muncul di mana saja. 





Tapi jangan berhenti di main air, children's garden ini juga punya hidden playground yang tertutup pohon rindang dan semak-semak di sekitar water playgroundnya. Sementara para orang tua duduk manis di ampitheatre, anak-anak bisa bermain di rumah pohon alias Rainforest Treehouse. Kalau malam jadi lebih sejuk soalnya Singapura kadang lebih panas dari Jakarta. Tapi kalau siang lebih kelihatan dan untuk foto-foto juga akan lebih bagus hasilnya. Haha. Jadi dilema ya.

Far East Organization Children's Garden ini dibuka hingga jam 7 malam pada hari biasa dan jam 9 malam pada akhir pekan. Namun tutup pada hari Senin seperti banyak tempat lainnya di Singapura. 

Rumah Pohon di Garden By The Bay
Aman? pasti aman. Pulangnya gampang? Well, MRT dan bis ada sampai tengah malam. So, jangan berhenti berkeliling Singapura ketika matahari terbenam karena petualangan baru saja dimulai, terutama di Marina Bay. Andrew justru senang kalau jalan malam karena tidak panas. 

Let's walk around and discover a different side of Singapore.

03 September 2015

Mama dan Dudu Bicara Soal Anak Minggat

Tingkah anak kecil memang tidak ada habisnya. Kemarin ada cerita begini di kantor saya. Seorang teman kedatangan anak perempuan tetangganya yang mau playdate. Anehnya, si anak kelas 2 SD ini datang sendiri tanpa diantar mbak atau orang tuanya, bahkan membawa tas kecil. Tapi karena si anak memang sering main ke rumah, ya dipersilahkan masuk sama teman saya.

Karena anaknya masih tidur siang, si tamu kecil disuruh menunggu di sofa depan sambil nonton TV. Saat itu, ngobrollah teman saya dengan si anak.

Teman saya: Kamu sendirian ke sini?
Anak Tetangga: Iya.
Teman saya: Ayah Bunda ke mana?
Anak Tetangga: Ada di rumah.
Teman saya: Kok kamu ngga sama Ayah Bunda aja?
Anak Tetangga: Aku tadi dimarahi Bunda. Jadi sekarang aku minggat.
Teman saya: HAH? Minggat?
Anak Tetangga: Seperti anak yang di Inside Out itu, Tante.

Selagi teman saya masih shock, apalagi ketika menemukan bahwa tas bawaan si anak berisi pakaian untuk menginap, adiknya anak ini muncul di pintu mengabarkan bahwa Bundanya delivery makanan cepat saji kesukaan mereka di rumah. Si anak buru-buru pamit meninggalkan teman saya kebingungan sekaligus khawatir sama anaknya sendiri. “Ntar anak gue minggat, gimana, Ruth?”



Saya belum nonton Inside Out sih. Soalnya si Andrew tidak berminat. Banyak yang bilang filmnya bagus tapi kurang cocok untuk anak balita. Dan rata-rata yang bilang nonton sampai menitikan air mata itu orang dewasa semua.

Jadi kita tidak bisa review filmnya deh.

Memangnya saya tidak khawatir Dudu, yang sudah 9 tahun, akan berpikiran minggat? Well, anak saya laki-laki jadi (semoga) less drama if compared to the teenage girls even though he’s super sensitive. Maklum zodiaknya Cancer. Belum lagi dia super nempel sama saya. Maklum anak tunggal dan saya juga single mom jadi kita selalu berdua. Dudu sering diledek “perangko” atau “stiker” sama opa dan oma nya karena terlalu nempel. 


Ini jalan-jalan sih bukan minggat
Sebuah artikel yang dipublikasikan di New York Times website tahun 1991 pernah membicarakan soal minggat. Anak usia TK dan SD biasanya menyadari seberapa tergantungnya mereka pada orang tua. Namun ketika mereka pun mengancam akan minggat, orang tuanya harus menanggapi dengan serius karena itu berarti ada masalah yang tidak dapat mereka utarakan dengan kata-kata, saran Dr. John A. Calicchia seorang psikolog di Boston seperti dilansir artikel New York Times tersebut.

Yang jelas, jangan malah sengaja memberikan tas atau berlagak tidak perduli jika mereka pergi. Yang ada justru kita harus mencegahnya karena minggat adalah respon impulsive seorang anak yang emosi. Bukan karena dia benar-benar ingin kabur. Dengan mencegahnya kita bisa menunjukkan bahwa kita benar-benar perduli dan sayang kepada si anak.Jangan berhenti di situ. Gunakan kesempatan ini untuk berbicara dengan anak mengenai masalahnya dan meyakinkannya bahwa orang tua akan menemaninya mencari pemecahan.


Ini juga jelas bukan minggat...
soalnya pakai kacamata hitam
Dan seperti biasa, rasanya tidak adil kalau hanya memandang minggat dari sudut pandang orang dewasa. Apalagi ini blog berdua. Lalu, apa pendapat Dudu tentang minggat?
Dudu: Minggat itu apa, Ma?
Mama: Pergi dari rumah.
Dudu: Untuk apa pergi dari rumah, kan semuanya ada di rumah?

(harap maklum, Dudu anak rumahan)

Mama: Ya biasanya karena bertengkar sama Mamanya.
Dudu: Tidak perlu sampai minggat, kan kalau bertengkar juga besoknya Mama sudah sayang lagi.
Mama: Kalau ada anak minggat bagaimana?
Dudu: Ya itu berarti orang tuanya harus lebih menyayangi anaknya, dan memberikan semua yang anaknya mau...

Eaaa... enak aja.

30 August 2015

Menyatukan Persepsi Rumah Idaman

Kalau punya rumah sendiri saya mau yang dapurnya bagus supaya bisa masak. Soalnya saya tidak bisa masak, tapi percaya kalau ada dapur bagus plus oven yang memadai, paling tidak saya bisa memanggang. Lalu si Dudu datang pada saat saya menulis postingan ini dan saya terpaksa “merevisi” denah rumah idaman.

Tony Stark's Mansion.
Photo courtesy of Wikia
Ketika nonton Iron Man, saya jatuh cinta pada mansion milik Tony Stark yang terletak di atas bukit dan menghadap ke jurang itu. Ingin rasanya punya rumah seperti itu, kalau bisa skalian sama Jarvisnya. Walau di dalam film, rumah ini terletak di Malibu, California, lokasi yang sebenarnya adalah La Jolla dekat San Diego, Californa (wah ini udaranya justu enak banget). Rumah seluas 11,000sq ft ini memiliki 4 kamar tidur, 6 kamar mandi dan akses ke pantai pribadi.

Namun lama-lama terasa betapa sepinya Tony tinggal sendirian di sana. Lah, saya hanya berdua. Apa ngga sama sepinya?

Dudu: Wah, ini bagus, Ma. Ada kolam renangnya, lalu bisa ada ruangan rahasia.
Mama: Lalu Mama di ujung sini, kamu di ujung sana.
Dudu: Aku ngga bisa denger dong.

Nah!

Revisi: kita kecilkan ukurannya jadi pas untuk berdua. Tapi masih dengan konsep yang sama. 



Saya minta Dudu menggambarkan rumah idamannya. Ternyata mirip dengan apa yang saya idamkan (foto exterior rumah dari blackxhouse.com). Oke. Secara arsitektur kita sudah sehati. Tapi...

Mama: Ini kotak apa?
Dudu: Elevator, Ma.
Mama: Lalu ini?
Dudu: Ada benderanya dong, seperti castle. Biar semua tahu ini rumah Andrew.
Mama: *tepok jidat*

Konsep rumah saya jelas simple. Mungkin bisa dibilang minimalis. Maunya banyak tembok kosong yang bisa dipajang foto atau lukisan, atau buat background foto si Dudu kalo pas ikutan lomba. Elevator? Mana ada yang begituan di dalam rumah? Daripada memasang fitur tidak perlu, lebih baik kita konsentrasi ke kamar-kamar yang akan berguna. Yang pertama terpikirkan harus ada adalah ruang untuk ngetik dan ngeblog berjendela besar, masuk matahari dan pemandangan indah. Soalnya kalau sudah begitu, mood menulis mendadak jadi lancar dan bisa betah berjam-jam di depan laptop.


Ruang kerja idaman saya
Photos courtesy of Beacont.com
Mama: Harus ada ruangan yang nyaman untuk bekerja. Bisa mengetik dengan tenang...
Dudu: Aku mau ruang game
Mama: Buat apa? Nanti kamu tidak keluar lagi karena main game terus.
Dudu: Jendelanya dibarikade dengan kayu...
Mama: NGAPAIN?
Dudu: Pura-puranya ada Zombie Invasion.
Mama: Ngga usah. Dapur saja yang dibagusin.
Dudu: Tapi istri tercintaku nanti akan ada di dapur.

Errr... Istri tercinta?

Duh, masa saya tidak pernah kebagian dapur? Sekarang ini dapur di rumah milik Mama saya, nanti kalau rumah sendiri jadi milik menantu? Ya sudahlah, saya duduk manis ngeblog saja.

Denah rumah buatan Dudu
Rumah yang saya tempati sekarang dibeli kedua orang tua saya sekitar 15 tahun lalu dari seorang arsitek, jadi tidak heran kalau sudah memenuhi syarat. Ada banyak kamar yang tetap dingin walau AC dimatikan, ada kebun, dan ruang tamu yang luas. Maklum dulu waktu saya dan kedua adik saya masih kecil, rumah ini yang tinggal ada banyak. Ada tempat juga di atap untuk menjemur pakaian atau spiderman nyasar. Tapi kalau rumah idaman, saya mau pakai washer and dryer saja deh, jadi tidak menjemur-jemur baju lagi.

Spiderman nyasar ke tempat jemuran baju
Revisi: rumah harus ditambah taman dan beranda untuk bermain

Ubin merah tempat kita main bersama.
Tempat favorit saya dan Andrew adalah beranda yang lebih sering disebut “ubin merah. Letaknya di beranda luar dan sering digunakan sebagai tempat bermain. Mulai dari menggambar pakai cat air yang bakalan belepotan, petak gunung hingga kembang api. Pokoknya kegiatan yang tidak bisa dilakukan di dalam rumah kita kerjakan di ubin merah. Bahkan Andrew waktu kecil sering mandi di bak yang diletakkan di ubin merah. Tempat ini nyaman karena Mama saya banyak menanam pohon buah di taman yang ada di dekatnya.

Cementum Grey, photo courtesy of www.nirogranite.co.id

Cementum Beige, photo courtesy of www.nirogranite.co.id

Browsing pinterest Niro Granite, saya menemukan alas lantai seri Cementum dari Niro Granite yang Grey mengingatkan saya akan si ubin merah. Selain itu yang Beige sepertinya berguna untuk kamar mandi si Andrew, yang kalau mandi sudah seperti ada tsunami. Kalau dibuat seperti ini kan jadinya mudah dibersihkan dan tidak khawatir licin.

Basaltina, White Basalt, photo courtesy of www.nirogranite.co.id
Basaltina, Grey Basalt, photo courtesy of www.nirogranite.co.id
Sementara kalau urusan kamar mandi, saya lebih suka dengan yang warnanya putih, seperti White Basalt dari seri Niro Granite Basaltina. Siapa sangka lava yang mengeras juga bisa berwarna putih seperti ini. Eh... yang Grey Basalt dipakai di dapur juga keren kelihatannya. Haha, saya bolak balik bicara soal dapur terus ya? Soalnya dapur memiliki makna tersendiri buat saya karena masak itu menghilangkan stress. Jaman saya kuliah, setiap mau semesteran saya kerjanya masak. Dapur jadi penyelamat nilai karena kalau sudah stress belajar maka pilihannya hanya dua: masak atau jalan-jalan. Biasanya pilihan pertama lebih cocok di kantong.

Yang namanya rumah adalah "sanctuary". Berbeda dengan saya yang suka ngelayap, anak semata wayang saya betah di rumah. Jadi rumah harus menjadi tempat yang nyaman untuk kita bersantai, recharge dan pulang. So it has to be Dreams Well Engineered for the two of us.

Would be great kalo bisa ada perpustakaan seperti ini juga
seperti toko buku anak di Beijing. Photo courtesy of Habitots.co.au