25 November 2014

Nostalgia Apel dan Cerita Monopoli Selecta

Memilih destinasi impian itu sulit. Karena partner travelling saya sudah pasti seorang zombie-shooter usia 8 tahun yang hiking naik Candi Gedong Songo pun bawa gembolan berisi pedang. Just in case diserang musuh. Dan biasanya, saya dan si travel partner ini berantem karena beda tujuan. Saya suka ke gunung dia mau ke laut. Sama juga dengan blog post kali ini, pake debat duluan. 

*buka Traveloka buat cari tiket murah.*

Dudu: (sebenarnya mau pinjam laptop buat main game – tapi liat halaman depan Traveloka jadi ganti focus) Hore naik pesawat terbang!
Mama: Kita mau liburan ke mana Du?
Dudu: Singapore!
Mama: Ogah ah, yang di Indonesia aja.
Dudu: Pulau Komodo… (lalu dia mulai bergaya menembak komodo).
Mama: Anak-anak ngga boleh ke Pulau Komodo. Kita ke gunung aja. Ke Malang yuk.
Dudu: Di Malang ada apa?
Mama: Ada apa ya? Terakhir kali sih kita ke Malang cuma ke kebun apel… setelah gagal ke Taman Safari yang itu tuh.

Dudu ngga inget. Ya iyalah, waktu itu dia masih kecil banget. Tapi kalau ditunjukin foto yang lagi petik apel ini dia tiba-tiba semangat.


Memetik apel - yang boleh dipetik hanya 2 buah lho.
Jadi, ada apa di Malang?

Kata adik saya ada Pulau Sempu
Pulau Sempu terletak di selatan Jawa dan konon lautnya bagus banget. Semuanya masih belum dirusak oleh manusia. Karena merupakan Cagar Alam, pulau ini sebenarnya tidak boleh dikunjungi untuk tujuan wisata, namun akhir-akhir ini saya sering melihat foto-foto Instagram dan cerita dari Pulau Sempu. Selain Sempu, sebenarnya ada Wana Wisata Sendang Biru yang memang terbuka untuk turis. Ya pokoknya kita ke situ deh.

Papa-Mama saya nyuruh ke Bromo
Bromo banyak menyimpan kenangan masa kecil. Kenangan ngantuk-ngantuk dibangunin subuh untuk naik mobil dan melihat matahari terbit sambil kedinginan bersama kedua adik saya yang masih kecil. Tapi seru. Udaranya dari dingin banget jadi panas banget begitu mataharinya muncul, dan ngantuk langsung hilang semua. Anak saya yang suka adventure (dan bangun pagi) ini pasti excited untuk berkunjung ke Gunung Bromo.

Bos saya di kantor yang kebetulan istrinya dari Malang bilang kalau sama anak itu wajib ke Batu Secret Zoo dan Jatim Park.
Well, I heard a lot about Batu Secret Zoo. Kebun binatang modern yang terletak di Jatim Park 2 ini disebut-sebut sebagai kebun binatang ramah anak. Meskipun ada yang complain kalau kandangnya kurang manusiawi dibandingkan kebun binatang pada umumnya. Saya dan Andrew paling suka mengunjungi kebun binatang dan taman safari. Jadi tepat rasanya jika kita mampir ke sini, sekalian merasakan udara Batu yang dingin.

Tapi yang bikin saya penasaran itu Selecta. Kenapa? Soalnya ada di Monopoli hahaha. 
Selecta yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda di tahun 1930an ini ada waterpark dan ada taman bunga plus bonus kebun sayur. Sesuatu yang jarang ditemui di Indonesia. Penasaran kan?

Kolam Renang Selecta - photo:Malang-guidance.com
Kolam Renang Selecta (photo: Malang Guidance)
Mau bawa pulang apa?
Dudu: Apel yang sudah dipetik. Apel malanglagi… Apel kan buah kesukaan aku.
(maksudnya dia apel manalagi)
Mama: Yaelah, masa cuma itu?
Dudu: Habis apa dong?
Mama: Keripik Singkong lumba-lumba
Dudu: Yaelah, masa cuma itu? Keripik singkong kan di toko snack banyak.
Eaaa ini anak berani membalikkan omongan si Mama sambil ketawa-ketawa lagi.

Monster bermata apel - Dudu dari kecil sudah senang monster
Anyway, kali ini kita sudah sepakat mau ke Malang. Paling ngga, gunung ada, laut juga ada. Semoga beneran kesampaian dan bisa pulang bawa cerita dan postingan blog untuk dibagi ke semuanya. Kan ada peribahasa: Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.

Hahahahaha...

Yuk balik ngecek harga tiketnya di Traveloka. 

20 November 2014

First Visit: Shopping At Loka

Penasaran karena iklan, akhirnya saya dan Dudu menyempatkan diri nge-date di Loka. Apaan sih Loka? Pertama dengar namanya, kok mirip realm yang ada di Buddhism. Ternyata Loka itu nama sebuah supermarket.


Ada yang ngefans berat sama dorongan di Loka
Loka mengingatkan saya pada Western countries like America or Australia. Why? Because the supermarket brings an open cashier and a fun ambiance. I can imagine finding one of those in Santa Monica 3rd Street Promenade. But this one is much closer… Cuma di Alam Sutera, di Flavor Bliss. This is why we love Loka…


Mainan roti bohongan di depan aisle makanan tradisional
  1. “Bisa pilih warna dorongan, Ma!” Begitu masuk Loka, si Andrew langsung mengambil warna hijau favoritnya. Buat anak-anak balita ada dorongan yang lebih kecil, bahkan ada kasir untuk anak-anak. 
  2. Buahnya segar dan bagus-bagus banget. But jangan bandingkan harganya dengan pasar tradisional ya.
  3. Barang-barangnya cukup lengkap. Favorit saya adalah di deretan camilan khas Indonesia, yang ada mulai dari Rendang Uda Gembul sampai Chocodot Anti Galau.
  4. Mbak kasirnya ramah dan menjelaskan promo dengan baik. Sayang rumah saya jauh, kalau tidak pasti sering ke sini.
  5. "Wow! It’s wide!” Andrew (dan anak-anak lain) bisa mendorong trolley tanpa takut akan menabrak rak. Jarak Antara satu rak dengan yang lainnya cukup lebar jadi enak browsingnya. Plus, tinggi raknya juga tidak lebay kayak supermarket lain, jadi pas banget buat anak-anak.
But the best thing is the Bakerhood bakery and Philocofee cafĂ©. Meskipun coffeenya biasa aja – well, you can find it anywhere, tapi bukan berarti tidak enak. Kalau saya sih sudah pasti lebih menomorsatukan suasananya. Apalagi kalau di luar hujan dan sejuk. Whoa, bisa betah seharian di sini. Coba ada dekat rumah ya.
Habis belanja wajib mampir di sini
Kalau dengar iklannya di radio, supermarket ini cukup sering bikin acara anak-anak dan keluarga. Schedulenya ada di web resmi Loka. Tapi weekend itu sedang tidak ada apa-apa. Tetap sih, saya senang sekali sama supermarket yang satu ini. 

Let’s go back to shop and drink more coffee.




LOKA Indonesia is located at Flavor Bliss

Kawasan The Flavor Bliss 2
FB2 No: 18B, 19, 20, 21, 22
Alam Sutera, Serpong
Phone: 021-29005141

LOKA Opening Time:

Sunday-Saturday, 8AM-10PM

Bakerhood & Philocoffee Opening Time:

Monday-Friday, 8AM-10PM
Saturday, 7AM-12AM
Sunday/ Public Holiday, 7AM-10PM

17 November 2014

Sharing Life with Soya

Gara-gara kebagian menulis tentang soya untuk satu portal kesehatan, saya jadi antusias 'belajar' tentang soya alias kacang kedelai. Lalu satu merk minyak goreng muncul di timeline saya dan memperkenalkan "happy soya culture". Wah kebetulan... Jadi pengen blogging tentang soya.


Photo Courtesy of Freeimages
Soya yang saya kenal ada di Tempe, tahu, kecap dan susu. Karena saya bukan peminum susu sapi, mostly karena ngga suka rasanya, susu soya adalah pilihan utama saya untuk asupan kalsium dari susu. Waktu Hamil juga saya banyak mengkonsumsi soya.
Tapi selain kalsium, apa lagi sih manfaat soya?
  1. Mengandung Asam Oleat yang dapat menurunkan kolesterol jahat dan mengurangi resiko penyakit jantung
  2. Mencegah kanker
  3. Mencegah osteoporosis karena kandungan kalsium, zat besi, seng dan asam folat.
  4. Baik untuk penderita diabetes dan sakit ginjal
Tapi kok manfaatnya lebih buat ibu-ibu dan orang tua ya?
Jadi penasaran, kalau buat anak kecil kayak Dudu, apa ya gunanya soya oil ini?

Ada penelitian yang mengatakan bahwa soybean oil ini efektif untuk mencegah gigitan nyamuk. Lalu ada yg bilang mengkonsumsi soya baik untuk pencernaan anak karena kaya akan kandungan serat dan dapat menurunkan resiko diare.

In general, soy bean oil ini sehat karena kandungan saturated oil (ini terjemahannya lemak jenuh ya?) yang rendah sehingga tidak menambah lemak jahat saat dikonsumsi. Selain itu, minyak soya juga netral, yang berarti tidak akan merusak rasa masakan kita saat digunakan untuk memasak.

Sudah tahu manfaatnya berarti boleh dong dicoba memperkenalkan soya dalam kehidupan sehari-hari? So, this is how I start a soya culture:
  1. Sedia susu soya di rumah atau di kantor. Meski ngga tiap hari minum Karena saya memang bukan peminum susu. Beda dengan Anak saya si Dudu yang bisa sehari 3 kali. Buat Dudu, saya selipkan susu soya sekali-sekali. Katanya bagus untuk meperkenalkan anak dengan rasa yang baru tanpa mempertaruhkan kebutuhan kalsiumnya.
  2. Pakai minyak yg terbuat dari kedelai, seperti Happy Soya Oil, untuk menggoreng ataupun memanggang kue. Waktu pertama mendengar tentang soya oil, saya jadi penasaran. Sampe mampir ke supermarket untuk beneran membandingkan nutrition fact (dan harga tentunya). Ternyata soya oil tidak semahal yang saya kira dan worth it untuk dipakai di rumah sebagai pengganti minyak yang ada sekarang. (Kalau kata Dudu ini minyaknya bikin kita senang karena namanya "Happy" - ya kalo kita sehat pasti kita senang sih).
    Informasi nilai gizi Happy Soya Oil
  3. Memperkenalkan Dudu sama tahu dan tempe. Dudu yang ngefans berat sama nasi uduk lele biasanya keberatan mencoba tahu tempe. Kadang-kadang tanpa sepengetahuan dia, saya sering menyelipkan tahu dan tempe ke dalam makanannya. Meskipun protes, saya selalu bilang bahwa kacang kedelai ini baik untuk kesehatan.
Tapi sekarang dia lebih pintar. Begitu tahu tentang soya oil ini dia bilang, "kalo gitu lele goreng kesukan aku juga sehat dong, Ma. Kan digoreng minyak soya. Ga usah tambah tahu ya."
Jangan mau kalah sama anak kecil hehehe
Iya juga sih ya.
Jangan mau kalah sama Dudu yg goreng lele pake minyak soya. Start your soya culture today!


Photo courtesy of Happy Soya Oil

12 November 2014

Life with Lenovo

A little late welcome posting untuk tablet perdana dalam hidup saya.

Sejak ada Lenovo A7-50 A3500 ini hidup saya berubah. Jika dulu saya benci menunggu, terutama jika sedang menanti busway, sekarang menunggu berarti extra menit untuk maintain web saya di Pfenix Lomba Anak atau ya ini, blogging.

Apps blogger adalah salah satu yang pertama kali saya download di tablet ini. Dan meski saya  tidak upload gambar dari Lenovo (karena repot pindahinnya dari kamera), kebanyakan saya nulis postingan di tablet lalu baru pindah desktop ketika akan padang gambar. Begitu urusan layout dan foto baru pindah ke laptop. Soalnya Lenovo ini hadiah lomba blogging, makanya fungsi utamanya juga buat blogging.

Blogging sambil nunggu Dudu selesai nonton
So, apa enaknya pakai Lenovo Tablet? Yang terpenting buat saya adalah keyboard. Why? Soalnya saya punya jari ngga bersahabat sama touchscreen. Kalo kata orang jarinya jempol semua. Keyboard di Lenovo yang besarnya 7 inch ini lebih dari mumpuni. Buat saya pas, buat anak saya si Dudu juga oke. Belum lagi fitur autocorrectnya bisa toleransi. Maksudnya, kalau kita menulis dalam Bahasa Indonesia, lalu di-auto correct, kita tinggal mengklik kata tersebut dan kata awal yang kita ketik akan ada di word suggestion di bawah. Jadi ngga perlu ketik ulang atau pakai backspace Selain keyboard, ukuran si tablet juga pas, bisa masuk tas saya yang super kecil itu. Buat main game juga asyik (yang ini kata Dudu).

Jangan-jangan begitu saya lengah dia download minecraft di sini...

Lenovo is officially a member to my office desk as well
Batrenya tahan lama. Biasanya saya tahan 2 hari ngga charging. Memang ngga dipake terus-terusan sih, tapi kan tetap sering diintip karena harus update lomba. Kalau dipakai main game terus-terusan ya habis juga deh.

Kalau ditanya downside, saya pasti jawab kamera. Bukan karena kamera Lenovo ini jelek (kameranya standard 5MP), tapi karena saya kebiasaan foto pake kamera pocket dan/atau DSLR jadi sekalinya pake kamera HP jadi sebal sendiri karena kurang terang, kurang keren kalo di-zoom. Hanya saja fitur edit foto di tablet ini menyenangkan, jadi saya tetap foto pakai tablet biar bisa langsung di-edit. Hasilnya ya seperti di bawah ini. Kalau untuk keperluan upload gambar/poster buat Lomba Anak juga gampang. 

Hasil foto produk pake Lenovo... indoor di kamar
Hasil foto malam - foto di tempat terang sih, tapi di luar minim cahaya
Hasil Foto Halloween - indoor tapi di Mall dan cahaya oke banget
Dudu ngga pake kamera, tapi dia suka sama fitur videonya, baik yang untuk merekam ataupun yang untuk nonton video yang sudah saya install ke dalam tabletnya.

Saya bukan maniak gadget yang selalu mencoba produk terbaru. Gadget yang saya miliki rata-rata adalah impulse buying karena gadget yang lama mati, atau hadiah. Jadi ini perdana saya cerita tentang gadget di blog yang isinya kebanyakan tentang saya dan Dudu ini. Soalnya sedikit banyak, si anak usil itu punya andil dalam munculnya Lenovo  dalam hidup saya... lho kok? Iya, pas mau berangkat pergi Female Daily Blogging Workshop, dia kan juga mau pergi lomba Penyiar Cilik Woman Radio. Pas pamitan, Dudu bilang "Semoga sukses Mama, semoga bisa bawa pulang tab ya." 

Dan sekarang si tab beneran jadi bagian dari keluarga Mama dan Dudu.

01 November 2014

Posing as The Death


Halloween this year is full of spontaneous creativity. Signed up accidentally by submitting last year's zombie picture to Debenhams's instagram, we were invited to attend the department store's Halloween parade on October 26.

Yeah!



Then the real problem began when we have no idea for costume. Zombie seems so last year and Mama is too lazy to create a blood mixture. So, stopping by a kids toy store we found a reversible, green-and-black cape. From the cape, we found a stick... then the face tattoo from "Day of the Dead". Then Dudu decided he wanted to be Death.

In our head (as we've been reading too much manga), Death looks like this:

Undertaker from the Black Butler (Kuroshitsuji) Series
But he was too handsome. So, our version should be scary. Especially when the Invitation said so.

A little back on the eyes, a little tattoo here and there, plus a black nail polish. And voila, Andrew goes scary. Our spontaneity costs us around Rp250k (Rp150k for the cape, Rp 70k for the stick and the rest is for the tattoo - Mama's eyeshadow and nail polish don't count). It took us around one hour to get ready. It could be faster if I knew how to apply the temporary tattoo.

Applying the Makeup
But what makes us happy is the event. It was way beyond out expectation. First he went line up for a fashion show, and then he went around Debenhams for trick or treating. The employee on the floor came out, dressing up as pretty witches. It was like real Halloween. We didn't win in the end, but it doesn't matter. Dudu got picked as one of the favorites, and what's in the goody bag are a huge surprise for us.



We can't wait for next year. Happy Halloween.