11 August 2014

Bule Kecil Di Samping Saya

“Dik, orang tuanya mana?”
Tanya petugas imigrasi Indonesia kepada anak saya yang berdiri di depan counter khusus orang asing.
“Tuh, Mama aku di situ, tadi ngga barengan soalnya Mama aku kan orang Indonesia. Jadi dia antri di sana.”



Kalo kata Andrew, jadi orang asing juga ngga apa-apa
yang penting aku tetap anak Mama
Permohonan anak saya untuk jadi WNI ditolak 5 tahun lalu. Dan sekarang dia sudah biasa mondar mandir menghadapi petugas imigrasi, menunjukkan visa Indonesianya sambil meladeni keheranan orang kenapa anak kecil yang ngomongnya medok ini adalah orang asing. Tapi masa sih, hanya karena paspor anak saya tidak bergambar burung Garuda, lantas dia jadi orang asing? Toh bahasa ibu-nya juga bahasa Indonesia. Makanan kesukaan dia juga nasi uduk dan ikan lele. Lalu orang asingnya dari mana dong?

Well, saya sering terkaget-kaget karena anak saya ngga punya sungkan.Di saat saya senyam-senyum sopan, anak saya sibuk mengutarakan pendapatnya. Kalau ngga suka dia akan ngomong apa adanya. Saya masih sering panik dengan ceplas ceplosnya. Di Indonesia kan ngga sopan itu. Kalau kepengen sesuatu, dia akan minta... ngga pake nunggu ditawarin trus pake pura-pura nolak dulu, akhirnya stelah dipaksa baru ngambil, ya kayak si Mama ini.

Trus belom lagi dia orangnya on time. TENG. Berangkat sekolah jam 7 ya jam 7 kita keluar dari pintu. Terlambat 1 menit, siap-siap kena ‘omelan’ dari seorang siswa SD. Padahal berangkat 7.15 juga ngga terlambat sih... maklum, si Mama kan tipikal orang Indonesia yang santai. Telat karena macet sudah biasa.

Yup, anak yang saya bawa pulang dari negeri Paman Sam 6 tahun lalu itu sekarang sudah resmi jadi orang asing. Bule. Seorang anak kecil yang ngga bisa nyanyi Indonesia Raya, ngga tau Pancasila (dia tahunya 1 Prabowo-Hatta, 2 Jokowi-JK dan 3 persatuan Indonesia), dan menuliskan Barrack Hussein Obama sebagai nama presidennya di sebuah tugas sekolah. Saya tidak pernah bermaksud membesarkan dia sebagai orang asing, apalagi dengan si papa (yang beneran orang asing itu) sudah tidak ikut campur. Tapi ternyata sekali orang Amerika tetap orang Amerika. Ketika maju ke atas panggung dalam suatu acara, si MC bertanya dalam bahasa Inggris “Where are you from?” dan anak saya menjawab, “I’m from Missouri.” Padahal tinggal di Indonesia, KTP Depok. Jadi sebenarnya dia Bule Depok lho. Hahaha.


Si Bule Depok yang pernah banjir banjiran ke sekolah
Cita-cita saya sekarang adalah menyamakan paspor kami berdua sehingga dia (atau saya) tidak lagi jadi orang asing bagi satu dan lainnya karena sebagai seorang single parent, kita hanya punya satu sama lain. Saya bermimpi suatu hari nanti dia tidak perlu lagi memperpanjang ijin tinggal untuk orang asing di Indonesia setiap tahun. Tidak usah lagi menjadi orang asing di negara kelahiran si Mama. 

Tapi sementara ini saya sepertinya harus puas dengan perbedaan yang ada.

“Kamu gimana sih, masa Mamanya doyan banget sama bubble tea, kamu malah ngga suka.”kata saya sambil memaksa dia mencoba boba milk tea ukuran larga di tangan saya.

“Well, Mom, I’m not from Indonesia. If I’m from here, I probably would like bubble tea too. Like that baby over there.”

Trus dia nunjuk anak kecil yang lagi menyeruput habis bubble tea-nya.

Dasar Bule Depok belagu.


=====================================

Eat Pray Leave
Si Bule Kecil dengan buku seru...
Membaca kisah Bule tentunya tidak lepas dari keseruan buku “Eat Pray Leave” karya Jenny Jusuf. Buku yang menceritakan berbagai macam jenis bule yang dikenal si pengarang selama tinggal di Ubud ini benar-benar memancing tawa pembacanya. Mulai dari cerita turis Turki bau badan yang hobinya main sama monyet sampai cerita bule naif yang mencari cinta pada supir taksi setempat Cerita favorit saya (of course) tentang hubungan ibu-anak super terbuka ala Cisco dan Rosalina. Perfect for light reading when you need that little laugh. Waktu blog ini selesai ditulis, bukunya sudah pindah tangan ke teman saya yang penasaran sama isinya. 

2 comments:

  1. haloo mba ruth and andrew..salam kenal ya.. thanks for sharing yah, suka deh baca tulisan2nya.. oh iya kmrn padahal ketemu di TUMluncheon - fun yoga, tapi blm kenalan..hehe btw dudu ganteng deh.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mba. Kalau ketemu panggil aja hehe. Aku kalau banyak orang gitu suka bingung sendiri mau kenalan. Yuk event bareng lagi.

      Delete

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.