25 August 2014

The Guardians of The Galaxy

 “Who are you?”

“Star Lord.”

“Who?”

“Star Lord!”



That’s the simple conversation that caught his attention, got him laughing non-stop and scored him tickets to watch the latest Marvel gigs.

The Guardians of The Galaxy

*Switching language*

I wasn’t a fan of Guardian of The Galaxy… but Dudu adores Star Lord since the trailer. Jadi kita nonton juga itu film ketika menang nobar dari XYKids! Psst… selain tiket gratis, nobarnya juga dapat poster lohhhh… 


Pamer poster dari XYKids!
The Story

Peter Quill, a.k.a. Star Lord, adalah seorang pencuri professional yang dibesarkan oleh kelompok bernama Ravengers. Ketika dia berhasil mencuri sebuah “orb” tanpa tahu apa guna benda itu, dia mendadak jadi incaran semua orang, mulai dari Thanos dan Ronan yang ingin menguasai galaxy, para Ravengers sendiri dan tentara Nova Terran. Akibat kejar-kejaran itu, Quill jadi masuk penjara bersama para penjahat yang kemudian menjadi partnernya dalam menjaga kedamaian galaxy.

Seru?

Buat Andrew seru banget. Buat saya, well, ceritanya agak rumit untuk dimengerti walaupun bisa enjoy filmnya. Selain Star Lord yang terbukti kocak, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ini, terutama buat si Andrew. Soal leadership, soal keluarga, soal teman… sampai soal perbedaan.

“Kenapa pacar si Star Lord warnanya pink, Ma?”
“Ya mungkin di jaman itu warna kulit ngga penting lagi.”

Trus, kalo anaknya masih kecil gimana?

Well, menurut saya sih oke-oke aja, selain adegan tembak-tembakan yang lebih komikal daripada brutal, ngga ada yang “berbahaya” haha. Yang bagian awal agak ngenes karena adegannya itu anak kecil kehilangan orang tua. So, for those old enough to understand loss, this might be a little sad. But the rest is on a happy and funny tone.

Enjoy the movie… and the dancing Groot.

21 August 2014

Dear Leader

When asked who my favorite leader is, I would say “Park Jungsu”. 
Then people go “who?”

Park Jungsu is someone who taught me that a leader doesn’t mean he’s perfect. A leader doesn’t mean he has to be on top of everything. But a leader should stay and fit right in the middle of the things, balancing every brain, every charisma and every talent existed within the team. He should know who would do what and how he would do it.

I looked up to him when I was a leader.

Now that I’m not leading a team anymore, I passed the wisdom to my son. He has the leader quality and kept “organizing” people around him. He has the charm and likes to put things into order. But he has many weaknesses that he often worried about.





“I can’t run fast.”

He once told me the reason he didn’t want to sign up for futsal. I told him it’s okay and he can go play the goalkeeper. You don’t have to be the one scoring the goals and be the hero… a captain can also be a goalkeeper *ehm Buffon*.


“I can’t pronounce the letter R”

He said the other day when I told him to try a debate competition. Yes, he sounded bad on radio – and working in the entertainment/media industry for over 5 years had taught me that inability of pronouncing the letter “R” can be a major problem that would strip you off a beauty queen title or scoring a top presenting/acting job. But I told him it’s okay. He doesn’t sound that bad speaking English.

Park Jungsu isn’t a tough leader, he shed more tears than all of his subordinates. He never covered his funny, stupid and clumsy image from the public. Yet, he’s still one respected leader. So I told Andrew it’s okay to be yourself and be a leader. Imperfection isn’t what stopping you from being a leader, because with imperfections, you know you need your team mates. Find someone who can run fast for your futsal team, find a good spoke person for your debate team, find someone who can fill your weaknesses and you’ll be the one arranging your team achieving the goal.

Park Jungsu may only be 30 and he’s just out of his mandatory military service. But he was a good leader, even before he wore the army uniform. Someone who has the determination to go, the motivation big enough for the whole team, and the strength to push every single one of his team member back up when they fail.

I was his leader before, a mom, a guide... but now that he's 8, he can learn to lead his life, make his own decision and negotiate me into following his lead.



Football team anyone?
So Andrew would be my team leader, the one saying, “It’s okay, Mom, we’ll try again next time,” whenever we lost another competition. The one challenging me “why don’t we do this?” when I was too lazy to grab my camera and snap pictures for competitions. The one who wouldn’t give up and leave until all winners had been announced (I usually quit at 3rd place announcement).

Then you all can go "what, this is about K-Pop?" Nope, this is about the story of an imperfect leader haha.

Thank you, Park Jungsu. Welcome back to the entertainment world. Please lead us once again.


Park Jungsu's comeback stage last week
“Thank you for following this fool’s lead. I never know what leadership is, all I know is how to keep Super Junior as one family.” - Park Jungsu (Leeteuk) 

15 August 2014

Teenage Mutant Ninja Turtles






Teenage Mutant Ninja Turtles

Duration: 100m


The turtles are talking about brotherhood, teaching us a few stuffs about parenting four teenagers.

The Story

When the Foot Clan started to destroy New York City, inspiring journalist April O’Neil is trying to get out of her sweet-as-candy assignments and scoring a headline at her TV station. She witnessed vigilantes trying to fight the Japanese-led clan and eventually meet the four turtles just to have no one to believe her story... except her father’s former boss, Mr. Eric Sacks. The turtles brought back her past, as well as the adventures for her futures.

The Reaction

The turtles got us laughing all the time, and the funny one isn’t always Mikey. Stay til the end credit and you’ll see something hilarious. I kinda got the plot twist in the middle of the story, so I wasn’t a Sherlock kind of movie. Still, it’s a family movie, so we’re good with the predictable plot. Quality-wise, it’s awesome. I actually entered the theatre without knowing that it’s a live action and not a cartoon. But, I don’t really care, cos I got to see Leonardo and his katanas.

Andrew’s most favorite parts:

"I like it when they’re younger – because they’re cute. They’re scarier when they’re older."
"When Michaelangelo reveal himself by taking off his mask, then April O’Neil went fainted."

(I guess that’s what parents feel when they watch their kids grow up).


PS: Don’t bring kids under 5, some scenes are pretty shocking – like surprise shocking – so I kind of expecting some baby cries during the movie. Plus yes, I’m with Andrew on this, the turtles aren’t cute and cuddly

Raph got my ticket!

11 August 2014

Bule Kecil Di Samping Saya

“Dik, orang tuanya mana?”
Tanya petugas imigrasi Indonesia kepada anak saya yang berdiri di depan counter khusus orang asing.
“Tuh, Mama aku di situ, tadi ngga barengan soalnya Mama aku kan orang Indonesia. Jadi dia antri di sana.”



Kalo kata Andrew, jadi orang asing juga ngga apa-apa
yang penting aku tetap anak Mama
Permohonan anak saya untuk jadi WNI ditolak 5 tahun lalu. Dan sekarang dia sudah biasa mondar mandir menghadapi petugas imigrasi, menunjukkan visa Indonesianya sambil meladeni keheranan orang kenapa anak kecil yang ngomongnya medok ini adalah orang asing. Tapi masa sih, hanya karena paspor anak saya tidak bergambar burung Garuda, lantas dia jadi orang asing? Toh bahasa ibu-nya juga bahasa Indonesia. Makanan kesukaan dia juga nasi uduk dan ikan lele. Lalu orang asingnya dari mana dong?

Well, saya sering terkaget-kaget karena anak saya ngga punya sungkan.Di saat saya senyam-senyum sopan, anak saya sibuk mengutarakan pendapatnya. Kalau ngga suka dia akan ngomong apa adanya. Saya masih sering panik dengan ceplas ceplosnya. Di Indonesia kan ngga sopan itu. Kalau kepengen sesuatu, dia akan minta... ngga pake nunggu ditawarin trus pake pura-pura nolak dulu, akhirnya stelah dipaksa baru ngambil, ya kayak si Mama ini.

Trus belom lagi dia orangnya on time. TENG. Berangkat sekolah jam 7 ya jam 7 kita keluar dari pintu. Terlambat 1 menit, siap-siap kena ‘omelan’ dari seorang siswa SD. Padahal berangkat 7.15 juga ngga terlambat sih... maklum, si Mama kan tipikal orang Indonesia yang santai. Telat karena macet sudah biasa.

Yup, anak yang saya bawa pulang dari negeri Paman Sam 6 tahun lalu itu sekarang sudah resmi jadi orang asing. Bule. Seorang anak kecil yang ngga bisa nyanyi Indonesia Raya, ngga tau Pancasila (dia tahunya 1 Prabowo-Hatta, 2 Jokowi-JK dan 3 persatuan Indonesia), dan menuliskan Barrack Hussein Obama sebagai nama presidennya di sebuah tugas sekolah. Saya tidak pernah bermaksud membesarkan dia sebagai orang asing, apalagi dengan si papa (yang beneran orang asing itu) sudah tidak ikut campur. Tapi ternyata sekali orang Amerika tetap orang Amerika. Ketika maju ke atas panggung dalam suatu acara, si MC bertanya dalam bahasa Inggris “Where are you from?” dan anak saya menjawab, “I’m from Missouri.” Padahal tinggal di Indonesia, KTP Depok. Jadi sebenarnya dia Bule Depok lho. Hahaha.


Si Bule Depok yang pernah banjir banjiran ke sekolah
Cita-cita saya sekarang adalah menyamakan paspor kami berdua sehingga dia (atau saya) tidak lagi jadi orang asing bagi satu dan lainnya karena sebagai seorang single parent, kita hanya punya satu sama lain. Saya bermimpi suatu hari nanti dia tidak perlu lagi memperpanjang ijin tinggal untuk orang asing di Indonesia setiap tahun. Tidak usah lagi menjadi orang asing di negara kelahiran si Mama. 

Tapi sementara ini saya sepertinya harus puas dengan perbedaan yang ada.

“Kamu gimana sih, masa Mamanya doyan banget sama bubble tea, kamu malah ngga suka.”kata saya sambil memaksa dia mencoba boba milk tea ukuran larga di tangan saya.

“Well, Mom, I’m not from Indonesia. If I’m from here, I probably would like bubble tea too. Like that baby over there.”

Trus dia nunjuk anak kecil yang lagi menyeruput habis bubble tea-nya.

Dasar Bule Depok belagu.


=====================================

Eat Pray Leave
Si Bule Kecil dengan buku seru...
Membaca kisah Bule tentunya tidak lepas dari keseruan buku “Eat Pray Leave” karya Jenny Jusuf. Buku yang menceritakan berbagai macam jenis bule yang dikenal si pengarang selama tinggal di Ubud ini benar-benar memancing tawa pembacanya. Mulai dari cerita turis Turki bau badan yang hobinya main sama monyet sampai cerita bule naif yang mencari cinta pada supir taksi setempat Cerita favorit saya (of course) tentang hubungan ibu-anak super terbuka ala Cisco dan Rosalina. Perfect for light reading when you need that little laugh. Waktu blog ini selesai ditulis, bukunya sudah pindah tangan ke teman saya yang penasaran sama isinya. 

03 August 2014

Liburan Kreatif Kompas Anak: Belajar Jadi Reporter

One thing I always encourage Andrew is to write down things he’s experienced and liked about an event or a journey. He likes to tell stories and has pretty good memories if the things interest him enough. But he has difficulties writing. He often wanted to blog just to stuck and get bored finding the letters on the keyboard. So I asked him to sign up for this "reporting class” by Kompas Anak.

Pertamanya deg-degan soalnya daftar itu belum tentu terpilih. Kita harus mengisi formulir dan mengirimkannya lewat pos. Andrew senang ke kantor pos (tapi itu lain postingan hehe). Ternyata namanya ada di pengumuman 75 peserta terpilih Liburan Kreatif Kompas Anak. HORE!


Kakak-kakak dari Kompas Grup memberikan
pengenalan dunia jurnalistik kepada peserta
Apa sih Liburan Kreatif?

Well, Liburan Kreatif memilih 75 anak kelas 3-6 SD dari Jabodetabek untuk mengikuti liburan ala Kompas Anak, latihan dasar jurnalistik di Kidzania pada tanggal 12 Juli kemarin. Kita harus datang jam 3 untuk daftar lalu jam 4 acaranya dimulai dengan penjelasan mengenai perjalanan pembuatan majalah olek Kak Karto dari majalah XYKids dan Nationak Geographic Kids. Setelah itu ada penjelasan tentang reporter dan interview oleh... yah saya lupa nama Kakak-nya. Tapi Andrew antusias, meski terlihat bengong. Soalnya pas ditanya ulang dia bisa jawab: “Ada 3 jenis interview, Ma, one-on-one, roundtable dan press.... press apa ya?”

Hahaha... press conference, Du. Kan kamu pernah Mama ajak waktu dulu Mama masi jadi wartawan.

Ini yang namanya mading
“Mading itu membuat koran baru.”

Setelah itu anak-anak dibagi dalam kelompok dan berkompetisi membuat mading (dipandu oleh kakak-kakak Kompas Muda) sampai waktunya buka puasa. Satu kelompok terdiri dari 5 anak dan masing-masing anak menggabungkan potongan artikel koran yang sudah mereka bawa dari rumah. 



Ini tips membuat Mading yang baik dari Andrew:
  • Jika mengerjakan dalam kelompok, dibagi tugasnya, ada yang menggunting, ada yang menempel, jadi tidak rebutan.
  • Artikelnya harus ditempel sendiri-sendiri, tidak boleh bertumpukan. Soalnya nanti sayang kalau tidak terbaca.
  • Mading harus rapi, soalnya yang membaca harus senang.
  • Mading harus memuat berita menarik, jadi yang membaca bisa mendapatkan sesuatu yang baru.
Kelompok Andrew dan Mading karya mereka
Jadi apa yang kita dapat dari Liburan kali ini?

Acara yang diakhiri dengan berbuka puasa bersama dan pengumuman pemenang lomba mading ini (Kelompok Andrew belum beruntung), memberikan anak semangat untuk menulis. Saya masih ingat waktu saya SD dulu, bencinya setengah mati sama yang namanya mengarang. Jaman dulu belum ada laptop dan kita harus nulis di buku A4 bergaris. Jreng jreng.

Sekarang Andrew kelas 3 SD dan dia harus menulis English composition dengan benar dan lumayan panjang. Kelas 2 kemarin, compositionnya sudah 80 kata, sepanjang sebuah berita pendek di majalah tempat saya kerja dulu. Sekarang ini jangan ditanya.

Menulis buat saya adalah sebuah “kebahagiaan”, dan kreatifitas datang dari rasa senang itu. Dan itulah yang saya mau tularkan ke Andrew. Menulis itu senang, reporting itu berguna –karena kita belajar mendengarkan orang sekaligus menambah kenalan baru. Kalau menulis sudah tidak jadi beban, maka menulis jadi gampang.

============================================================

Blog entry ini merupakan bagian dari rangkaian blog posting Libur Telah Tiba yang menceritakan kegiatan kita selama liburan sekolah 21 Juni -13 Juli 2014 kemarin.