21 September 2013

Men-SMURF Buku

Anak saya susah banget disuruh membaca. Guru TK-nya bilang dia susah konsentrasi. Kalau sedang diajarkan guru di depan, pikirannya suka melayang ke dunia khayalan di mana zombie bertarung melawan dinosaurus dan Power Rangers. 


Masuk SD saya pusing. Selain karena dia harus bisa baca, dia harus bisa baca bahasa Inggris. Sekolahnya mengharuskan setiap murid membawa satu buku untuk dibaca setiap pagi pada saat reading time sebelum masuk sekolah, dan sepulang sekolah saat mereka menunggu jemputan. Saya senang sih, soalnya membaca adalah salah satu hobi saya. Tapi anak saya yang susah konsentrasi itu mengeluh.

Sampai saya menemukan sekumpulan makhluk biru yang tinggal di rumah jamur.
Ini bukan pertama kalinya anak saya mengenal SMURF. Tahun lalu, waktu Smurf yang pertama diputar di bioskop kita nonton. Dia juga koleksi bonus manian murf dari salah satu resto cepat saji. Tapi saya serasa pengen teriak “Eureka!” waktu melihat komik Smurf di salah satu toko buku import.

“Ma, aku mau Smurf.” Andrew sudah mengambil salah satu buku dari rak.

“Itu bahasa Inggris loh. Emang kamu bisa baca?”

Lama dia menatap buku itu, mengambil yang sudah tidak ada plastiknya, melihat isinya dan menimbang-nimbang. Saya tinggal dia untuk berpikir sambil melipir ke bagian buku diskon hehe. Begitu kembali, saya menemukan dia membaca serius komik itu sambil duduk di lantai. Waduh.

Dalam hitungan menit, sebuah komik berjudul “Purple Smurf” sukses menjadi milik kami, eh milik Andrew maksudnya. Singkat cerita, Andrew yang awalnya hanya liat gambar, mulai bisa membaca tulisan “Pow” “Dor” dan sound effect lainnya. Dari situ mulai bisa membaca sepotong-sepotong dan melafalkan nama Smurf satu per satu. Dalam 3 bulan, saya bangkrut membelikan semua komik itu untuknya. Dia mulai bersaing dengan teman-teman sekelasnya, siapa punya Smurf apa dan heboh tukar-tukaran sampai wali kelasnya ngomel. Saat film Smurf 2 keluar, dia sudah habis membaca komik yang bahasa Inggris dan mulai mengkoleksi yang bahasa Indonesia.

Sekarang dia sudah kelas 2, komik sudah tidak boleh dibawa, jadi Smurfnya semua ditinggal di rumah. Belakangan ini Andrew mulai beralih ke gadget. Saya sampai kesal kalau memanggil dia ngga pernah nengok (aduh anak masa depan emang tobat deh). Suatu hari saya pulang bawa dua buku Smurf terbaru yang berbahasa Inggris.

“Apa itu Ma? Smurf baru?”
Dalam hitungan detik si gadget langsung dilupakan. Masalahnya, saya panggil juga tetep ngga nengok, tenggelam dalam komiknya. Komik itu sampai dibawa ke kamar mandi, ke meja makan demi menyelesaikan ceritanya. Habis itu masih dibaca ulang. Hh... dasar. Ya sudahlah kalo buku.

Tapi masalah baru muncul. Anak saya mulai bicara bahasa SMURF.
"Mama, tolong smurf-kan handukku."
"Mama, kita mau smurf ke mana?"
"Mama, Smurf yuk!"

Dan kemarin saya dapat laporan kalo ujian bahasa Inggrisnya FAIL lagi.
HADEUH!

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tinggalkan komen. Mohon maaf untuk yang meninggalkan link hidup dan komen bersifat spam atau iklan akan dihapus.